Saturday, June 22, 2013

Gara-gara Nggak Bisa Tidur

Ini tulisan setelah sekian lama absen emang niatnya nggak murni. Gara-gara nggak bisa tidur, melolotin timeline twitter dan jadi kepikiran banyak hal. Mau share di path ato twitter kepanjangan, nggak enak takut nyampahin dan ganggu orang.

Lalu keingetan kalo saya punya tong sampah pribadi disini. Tempat buang isi otak, biar gak jadi jerawat. Hihihi..

Kali ini saya bukan mau nulis tentang kehidupan pribadi. Saya mau curhat sebagai anak bangsa. Yang bingung, dan sedih liat kondisi tanah air nya belakangan ini.

Jujur ya, saya bukan pemerhati sosial, pengamat politik ato ekonomi, bukan pecinta fanatik sesuatu, yah selama ini cenderung lebih fokus sama urusan diri saya sendiri lah. Kalo sesuatu itu nggak bersentuhan langsung ama idup saya, ya sutra lah ya nggak saya pikirin juga.

Tapi belakangan, sepintas lalu saya menyadari negeri ini semakin semrawut. Nonton acara berita makin males karena cuma bikin miris. Dan malam ini sesuatu membuat saya terusik.

Dipikir-pikir, saya jadi kasian sama pahlawan-pahlawan yang dulu berjuang sampe titik darah penghabisan buat kemerdekaan negeri. Karena sekarang inilah potret negeri yang mereka perjuangkan...

1. Gila Harta
Sebagai orang awam politik, sebagai masyarakat sipil, saya merasa seharusnya orang2 di gedung DPR MPR itu, yang udah di sumpah jadi wakil rakyat itu, bisa saya percayai untuk kehidupan saya yang lebih baik.

Saya nggak ngerti politik. Nggak paham ekonomi makro. Saya nggak tau gimana caranya ngurus negara. Makanya saya percayakan sama mereka yang ahli dan pintar-pintar itu. Lalu saya akan jadi warga negara yang baik, taat bayar pajak, peraturan, dsb. Saya akan patuh pada tugas saya sebagai ibu, untuk mendidik anak saya menjadi generasi penerus yang baik.

Sekarang, saya kehilangan itu semua. Saya nggak bisa percaya sama siapapun disana. Saya kehilangan sosok pemimpin. Nggak aneh negara jadi ancur lebur begini, lha wong wakil-wakilnya lagi sibuk memperkaya diri sendiri. Kampanye-kampanye menjelang pemilihan itu bullshit, karena semua akan bubar jalan setelah ada sosok terpilih.

Lembaga yang menurut saya paling aman dari korupsi pun ternyata terkontaminasi. Yap...Departemen Agama. Bayangkan, pengadaan Al-Quran pun di korupsi, mereka udah nggak takut sama Presidennya Alam Semesta. Apalagi sama kita2 ini rakyat yang di anggap bodo dan bego gatau apa-apa.

Setiap nonton berita, saya merasa di bego2in sama pemerintah. Sok sok bertindak ini itu padahal ujung-ujungnya korupsi lagi pak. Bapak-bapak makin kaya kita kita makin kegencet pak. Anak istri bapak nggak nyaman sama.Indonesia bisa ngabur keluar negeri. Lah kita???

2. Kemakmuran
Bukan....maksudnya adalah ketidak makmuran lah yang mengawali segalanya jadi begini.

Kalo orang uda makmur sejahtera, dijamin dia gakan macem-macem. Karena secara naluriah setiap orang akan menjaga zona nyamannya baik-baik.

Skr?
Orang-orang dikit-dikit demo, ngerusak sana sini, anarkis. Intinya adalah caper. Cari perhatian. Pengen di denger sama pemimpinnya. Karena kita semua sadar kita nggak punya kuasa apa-apa. Tapi si pemimpin juga nggak perhatian sama kita, makanya cari perhatian dengan bertindak aneh-aneh. Sialnya, setelah tindakan itu, perhatian nggak dapet, nyusahin orang banyak iya. Dosa iya.

Tuntutan akan kebutuhan hidup juga yang memaksa banyak orang ngambil jalan pintas. Tindakan kriminal meningkat. Ya gimana..butuh makan.

3. Kehilangan identitas diri
Kebanyakan masyarakat indonesia kayaknya skr udah kehilangan identitas diri. Galau di bombardir globalisasi. Bahkan anak-anak pun kehilangan jati diri mereka karena serbuan gadget.
Bayangin, ada anak umur 5 taun merkosa temennya yg umur 3 taun. Gimana itu ceritanya??
Lalu ada anak sd gantung diri karena nggak dikasih uang jajan?

What the heck is goin' on here???

Ada kepala sekolah perkosa anak didiknya. Pendidik macam apa itu?
Dilain pihak ada pendidik yang benar-benar pendidik dan cuma digaji 30rb per bulan.

Ya Allah....

Saya takut, dan sedih

:'(

Surat untuk Pak Presiden :'(

Dear Pak SBY,

Kenapa jadi gini pak?

Korupsi dimana-mana, Krimimalitas meningkat, Dunia pendidikan carut marut, Kemiskinan merajalela. Saya takut pak.

Anak saya masih kecil pak, saya takut, apa yang akan ia hadapi ketika ia besar nanti?

Kasian pak, nanti ketika dia belajar sejarah, lalu mendapati negerinya adalah salah satu negeri terkorup.

Padahal saya ingin dia bangga sama negerinya. Negeri yang kaya dan makmur. Gemah Ripah Loh Jinawi. Jamrud Khatulistiwa. Indah ya pak?

Pak, saya nggak ngerti apa-apa soal politik, soal ekonomi negara, apalagi soal hukum. Makanya saya ingin percaya sama wakil-wakil rakyat. Tapi apa yang saya lihat di berita ternyata membuat saya nggak bisa lagi percaya.

Saya harus percayakan masa depan negeri ini sama siapa pak?

Saya sedih, karena kehilangan sosok panutan dan pemimpin.

Bapak kemana saja?

Karena kami nggak punya kuasa, suara kami keciiiiiiiiilllll sekali di negeri yang luas ini. Bukankah harusnya bapak/ibu disana yang menyuarakan isi hati kami pak? Rakyat kecil ini?

Tapi kenapa hidup makin menekan kami dari hari ke hari? Jurang kesenjangan sosial makin tajam ya pak

Bapak Presiden yang terhormat,
Saya takut pak,
Kalau suatu saat negeri ini semakin berantakan dan tidak lagi layak untuk ditinggali, untuk masa depan putri saya, saya nggak punya uang untuk pergi keluar negeri, seperti anak cucu bapak.

-dari seorang ibu, yang khawatir-