Apa bedanya rencana dan resolusi?
Hmm...buat saya, rencana lebih mengarah ke suatu pencapaian yang sifatnya fisik. Sedangkan resolusi lebih mengarah ke pencapaian yang sifatnya personality. Bener ngga sih? Well...ini asumsi pribadi aja sih ya!
Jadi, taun 2010 udah mulai. Kaleidoskop udah berhasil disusun. Walapun pacar bilang Kaleidoskop saya kurang detail, tapi @ least Kaleidoskop itu udah membantu saya main jet coaster ke sepanjang tahun 2009, menilai, menimbang, dan introspeksi diri dari kejadian-kejadiannya.
Hmm...taun 2010 ini? Rencananya saya pengen lebih aktif nulis, dan menghasilkan tulisan yang bukan cuma cuap-cuap curhat. Saya rencananya pengen bikin satu blog baru yang isinya review-review saya untuk film dan novel2. Hmm...ini ngga susah, cuma tinggal keinginan yang lebih kuat dari sebelumnya.
Taun ini juga saya pengen bener-bener nabung. Harus kenceng nih nabungnya. Saya dan pacar punya keinginan yang sama, tapi kita sama-sama terbentur masalah kemapanan dan kemandirian finansial. Memang, bukan itu yang nomor satu, tapi kita berdua ngga mau membutakan diri tentang ini. Memang, money talks. Jadi, saya harus nabung. Untuk apa? Belum jelas, yang pasti untuk banyak hal. Paling tidak saya harus mulai memikirkan ini lebih serius, harus mulai mengambil langkah. Walaupun sedikit sedikit, tapi yang penting ada.
Saya dan pacar, harus punya tempat tinggal. Well, ngga mungkin yaa kita mau tinggal di Pondok Mertua Indah. Karena mau ditaro dimana?? Haduuuh...plis deh! Jadilah kita berdua ini mulai berpikir untuk mencicil sesuatu. Tentang mengontrak rumah, itu udah jauh kami buang. Karena ini ngga efektif. Pacar mengusulkan untuk mencicil apartemen bersubsidi. Dengan cicilan 800 ribuan per bulan. Saya lebih setuju kami mengajukan KPR untuk ini. Lebih worthed, dengan yang akan kami dapatkan nantinya. Kira-kira 15 atau 20 taun kedepan! Haduuuhh??!! Lama ya...
Tapi rencana yang ini bener-bener baru planning. Belom bisa dimulai, karena saya dan pacar kepentok 2 hal. Uang muka, dan status sebagai karyawan outsourcing. Akan susah berurusan dengan Bank dan hal hal semacam itu kalo ngga ada jaminan pekerjaan tetap. Jadi, planning awal tahun ini adalah mencari pekerjaan lain yang lebiih baik, dengan status karyawan tetap. Untuk memudahkan langkah selanjutnya. Mudah-mudahan ada rejeki untuk kami. Amiin.
Lalu, saya ingin mulai nabung sedikit-sedikit, karena nanti pun ya jika sudah tercapai untuk punya rumah itu, tentunya harus diisi bukan? Jadi, saya harus mulai melirik-lirik perlengkapan rumah tangga, sedikit-sedikit, sesuai nasehat my mom...
Terakhir, untuk akad dan acara sesudahnya. Perlu biaya juga bukan yaaaa....?! Walaupun saya udah mewanti-wanti mamah dan bapa untuk ngga pengen acara heboh ribet dan macem, tapi tetap akan perlu biaya. Saya dan pacar cuma mau akad, dan syukuran, hanya untuk keluarga dan kerabat dekat aja. Temen-temen yang akan saya undang pun kayaknya ngga lebih dari 50 orang deh? Memang temen deket saya ngga banyak kok. Saya rasa pacar pun juga gitu. Karena setau saya, teman-temannya banyak udah nyebar sana sini, merantau jauh, dan kalaupun banyak, itu adalah 'mainan-mainan' nya semasa muda! Haduuuhh?? Ngga usaaah ya pacar kamu undang yang gitu2aaann...
Mamah bilang, ini urusan orang tua sebenernya, dan pihak lelaki. Tapi saya merasa berhak menentukan konsep acara kan ya? Dan saya ngga mau repot. Saya dan pacar ngga suka repot2. Kalaupun ada rejeki lebih, saya lebih suka menggunakan kelebihan itu untuk bekal awal berumah tangga, atau bulan madu berbackpacking ria bersama pacar. Hahahaa... Dan, saya tau persis bagaimana kondisi finansial keluarga ini! Wokay.... Dan lalu saya juga ngga mau membebani pacar dengan ini. Lebih baik dia memikirkan yang lain. Masih banyak juga yang harus dia pikirkan. Contohnya, beban yang harus dia tanggung tentang adik-adik dan ibunya.
Huwaaaaa...betapa jauh rencana saya tentang ini???? Kalau baca Kaleidoskop 2009 saya, sulit dipercaya kan? Mengingat bulan Januari taun lalu saya baru benar-benar menapaki dunia kerja yang sebenernya. Baru ketemu pacar dalam situasi awkward itu. Dan pertengahan taun lalu, saya baru mengambil keputusan untuk mengikuti kata hati. Dan dengan situasi ini itu, saya memilih untuk ngga dulu terikat komitmen. Jengah dengan embel-embel di dalamnya. Itu benar kok, itu jujur, memang itu yang saya rasakan. Bayangkan, dengan saya yang masih dibayangi masa lalu, dan pacar yang masih terikat janji dan balas budi, apa yang bisa saya harapkan dari sebuah ikatan dan komitmen???
Tapi sekarang, setelah semua lebih jelas. Setelah saya dan pacar mengikat diri, walaupun tanpa pernah ada kata "Kamu mau jadi pacar aku?" terucap dari dia, tanpa pernah ada tanggal anniversary untuk dirayakan, saya meyakini dialah orangnya, yang saya yakin saya inginkan untuk jadi imam saya kelak.
Kenapa bisa? Sikap dan pembawaan pacar yang meyakinkan saya. Di awal saya takut. Dan trauma dengan pemujaan kepada seseorang. Itu kelemahan saya, ketika udah ada rasa sayang, sepenuh hati dia akan saya puja. Lalu ketika ada benturan yang tidak bisa diselesaikan, kepemujaan itu luruh ngga bersisa. Saya ngga mau seperti yang udah-udah. Awalnya saya berpikir untuk menjaga jarak, mengendap rasa. Saya senang dengan ikatan yang samar-samar dengan pacar, karena saya lebih bisa bergerak bebas, ketika nanti ada benturan yang ngga bisa kami atasi, atau saya atasi. Itu awalnya...
Tapi, bagaimana cara pacar mendekatkan diri dengan keluarga saya. Bagaimana dia memperkenalkan saya dengan dunia yang sebenarnya. Bagaimana dia menunjukkan kedewasaan pola pikir dan sikap. Bagaimana dia memperlakukan saya. Semuanya, membuat saya yakin, ini imam saya. Saya akan selalu di tuntun sama dia. Seperti yang saya mau. Bukannya berjalan beriringan, atau malah menuntun. Saya mau dituntun.
Lalu respon mamah dan bapa pada dia, respon adik-adik pada dia, membuat saya yakin. Memang dia yang akan fit dengan mereka, seperti saya. Mamah ngga perlu khawatir akan menjadi 'jauh' dengan saya nantinya, karena pacar ngga akan 'menjauhkan' saya. Ais ngga perlu khawatir akan kehilangan kakaknya, karena pacar ngga akan membiarkan saya melupakan si bungsu itu, sama seperti saya ngga akan membiarkan dia menelantarkan adik-adiknya.
Keinginan, dan rencana-rencananya, membuat saya melompat jauh ke depan. Memikirkan ini itu yang awalnya masih jauh dari pikiran saya. Saya rasa memang ini pun masih jauh dari realisasi sebenernya. Cuma keinginan dan harapan, ingin tercapai akhir taun ini atau pertengahan 2011, tapi itupun dengan keajaiban. Hahahaa.. Tapi kami berdua harus mulai dari sekarang kan? Karena sejujurnya, saya pun ngga pengen lama-lama, pacar!
Langkah pertama kami adalah, memapankan diri secara finansial. Dengan mencari pekerjaan yang lebih baik. Jadi kami bisa memenuhi kebutuhan berumah tangga nantinya, tanpa harus mengurangi yang sudah pacar jalani sekarang. Maksudnya, pacar ngga harus mengurangi setorannya ke rumah, dan syukur2 bisa nambahin. Untuk mamah dan adik-adiknya. Sampai nanti saya jadi istrinya pun, saya ngga keberatan kalau ritual akhir bulan ini tetap jalan terus kok pacar! Saya juga sayang sama mereka, sama seperti kamu.
Bersama pacar, rencana-rencana tentang menikah ini ngga cuma jadi mimpi di awang-awang seperti yang sudah-sudah, bukan cuma luapan emosi untuk selalu bareng-bareng, dan saling ada kapanpun perlu, butuh, dan mau. Bukan cuma itu. Dia membantu saya untuk memandang keinginan ini dengan lebih realistis. Makasih pacar!
Hmmm....review sebentar! Rencana 1: Tentang nulis, rencana 2: Tentang nabung, untuk nikah! Wew... dan saya harus nabung, karena saya ngga boleh IMPULSIF lagiii!! Haduuuh...saya harus mengendalikan napsu jajan dan blanja blanji ngga penting ini!! Harus lebih pinter manage keuangan.
Terakhir, tentang pekerjaan. Rencananya, pertengahan taun ini paling lambat, saya dan pacar harus udah lulus dari Infomedia. Ayo semangat pacar!
Ituu rencana-rencana di 2010. Lalu apa resolusi saya? Saya hanya ingin lebih sabar, ngga ceroboh, lebih dekat sama Allah SWT, lebih hati-hati dalam bertindak, dan bersikap. Saya belajar dari yang sudah-sudah. Pola pikir dan pandangan saya berkembang. Walaupun untuk sebagian orang, saya tetap di anggap ngga belajar dari kesalahan, tapi kesimpulan saya adalah: Hasil pembelajaran saya ngga sesuai dengan apa yang mereka harapkan, jadi akhirnya saya salah. Maaf kalo gitu ya, tapi saya tau kepala saya lebih berisi sekarang.
Ngga banyak sebenernya rencana dan resolusi saya di taun 2010. Saya memang ngga mau banyak dan ngoyo. Sedikit, tapi akhir taun nanti saya bisa tersenyum ketika membuat kaleidoskop-nya. Amiiinn...
Love,
Del_gadis