Saturday, May 15, 2010

Yang saya takut...

Saya menjadi sering ketakutan belakangan ini. Kenapa ya?
Rasanya karena saya merasa terlalu memiliki apa yang saya punya sekarang, jadi saya takut kehilangan. 
Dan lagi banyak yang belom saya capai, takut tak tercapai

Suatu hari, Bapa pernah bilang, dia selalu khawatir sama anak-anaknya, takut ini takut itu takut anak-anak kenapa-kenapa lah. Waktu saya dan adik-adik masih kecil, kita sama sekali ngga keberatan ngikutin apa yang Bapa mau, untuk membuatnya merasa tenang dan nyaman. Sampai gedean dikit, mulai deh kita gerah, merasa terkekang. Dan ternyata itu pun terpikir sama Bapa. Akhirnya, dia sadar kalo dia terlalu possesif sama anak-anaknya, padahal saya adik-adik cuma titipan dari 4wl, yang memang harus dia jaga. Tapi pada akhirnya semua kan akan balik lagi ke Dia? Dan Bapa pun memilih untuk pasrah, melepaskan saya dan adik-adik dalam koridor norma dan tata nilai, tapi tidak lagi mengekang dan possesif. 

Lalu apa hubungannya dengan saya sekarang?
Well...sudah tertebak, saya takut kehilangan pacal, karena saya possesif sama dia. Merasa memiliki, merasa dia punya saya. Seringkali pacal bercanda, kalo saya tanya, "a, kamu punya aku kan?" dia akan jawab, "abdi mah nu gusti Alloh!" gitu katanya. Bercanda memang, tapi memang ya, itu esensinya. Pacal benar. 
Hmmm....
Kemaren sore, feeling saya mendadak ngga enak, saya mendadak rungsing dan ketakutan, terpikir yang aneh-aneh. Dan lalu malam ini baru saya diberi jawaban tentang intuisi saya kemaren. Ternyata intuisi saya ngga salah.
Cerita tentang masa lalunya pacal sedikit ya...

Saya ketemu pacal akhir Januari 2009 dalam kondisi sama-sama not available. Saya berstatus pacarnya Agung, dan dia berstatus pacarnya seseorang named Ratna. We call her as X, deal? 
Nah, dari awal saya ketemu pacal, intuisi saya mengatakan, akan ada sesuatu tentang orang ini. Entah ada kaitannya dengan saya atau ngga. Pada saat itu ngga terpikir kalo saya akan tertarik sama dia. Diluar fisiknya yang memang oke, saya sama sekali ngga tau apa-apa tentang dia.
Hari ke hari, saya semakin tau siapa si Yuman Darmansyah ini. Dia saat itu menjadi pacar seorang anak kelas 2 SMA yang notabene tipikal anak broken home yang sangat labil. si X ini, harus tinggal berdua dengan kakak laki-lakinya karena si ayah sudah berpisah dari ibunya, dan si ibu harus bekerja ke LN. Kakak laki-laki si X ini bukan jenis kakak yang bertanggung jawab untuk menjaga adik perempuannya. Jadilah seringkali pacal yang harus menjaganya. Dan, ibu si X ini sudah sangat percaya sama pacal, bahkan dia mengizinkan pacal tinggal di rumahnya, di saat dia tidak dirumah, di saat X hanya sendirian di rumah. Alasannya, untuk menjaga X. Well, itu adalah sesuatu yang mustahil terjadi pada saya. Bapa dan mamah akan memilih tidak kemana-kemana daripada membiarkan pacal menginap dirumah saat saya sedang sendirian. Intinya, pacal sudah diberi kepercayaan penuh untuk menjaga X.
Dan pacal, yang dulu seringkali di urus oleh ibunya X. Sebagai anak rantau yang sering kekurangan ini itu, dia merasa berhutang budi karena sudah disayangi. 
Seiring kebersamaan saya dan pacal, ketika hubungan kami sudah semakin dekat, dan menunjukkan sinyal-sinyal ketertarikan, pacal mulai menunjukkan ketidaknyamanannya bersama X. Pada saat itu saya dan agung pun sedang dalam kondisi rapuh. Pacal buat X adalah pacar, kakak, sahabat, ayah, ibu, dan sebagainya. Pacal yang menjadi pacarnya untuk sayang-sayangan, tapi juga mengurusnya ketika sakit, mengingatkannya untuk mengerjakan PR, mengambil rapor, dsb. Pacal mulai gerah karena lebih terasa seperti pengasuh. Sementara saya tau, ketika itu beban dan tuntutan pekerjaan juga tidak mudah. Lebih lagi karena kehadiran pacal membuat si kakak dan ayah X semakin keenakan dan tidak bertanggung jawab.
Entah ya, apakah itu alasan yang muncul setelah kehadiran saya, atau memang sudah seperti itu kondisinya. Maksudnya, terkadang kehadiran seseorang dalam hidup kita, memberikan pandangan baru dan menciptakan penilaian baru pada orang yang telah ada sebelumnya. Seperti kehadiran pacal yang sedikit banyak juga mempengaruhi pandangan saya tentang hubungan saya dengan agung yang udah 4 tahun, saya rasa kehadiran saya juga yang ikut mempengaruhi perasaan pacal. Ini mungkin ya...
X adalah seorang anak yang labil, dan sangat nekat. Berkali-kali dalam hubungan mereka, ketika pacal ingin pergi dari dia, si X mengancam akan bunuh diri. Karena kenal karakternya yang nekat, pacal pun takut hal buruk bener-bener kejadian. Dan lagi perasaan hutang budinya pada ibu si X.
Akhirnya, pacal bilang, cuma ketika ibu nya pulang lah X akan bisa ia tinggalkan, dengan tenang dan aman. Karena sekarang X benar-benar sendirian. 
Saya ngga tega liat pacal di rongrong terus kelabilan si X ini. Kerewelannya, kemanjaannya yang kadang ngga melihat waktu. Saya ingin mengenal dia lebih jauh. Kebetulan, X pertama kali mengontak saya. Ini adalah bukti kenekatannya. Dia tau saya adalah teman dekat pacarnya di kantor, jadi dia mengontak saya, dengan alasan, dia bisa pasang mata buat pacarnya melalui saya. Oh well...
Saya ketika itu ngga masalah menemani dia. Alasan pertama, toh saya masiih bersama agung dan belum ada indikasi akan mengakhiri 4 tahun ini. Alasan kedua, saya ingin meringankan beban pacal. Waktu itu, jujur aja, feeling saya buat pacal udah lumayan kuat. Tapi kami berdua mencoba realistis, ngga mau menyakiti, jadi memilih untuk cukup tau sama tau aja perasaan masing-masing dan ngga ngoyo untuk pacaran. Dan jadilah saya berteman dengan si X. Awalnya dia hanya curhat tentang pacarnya, yang saya tanggapi dengan membunuh cemburu (halaaaahh...), lalu mulai tentang keluarganya yang berantakan, dan dia memang anak broken home. Tentang ibunya yang pergi dan dia merasa ditinggalkan, diabaikan. Tentang dia yang merasa sendirian, sangat sendirian. Awalnya saya iba, karena anak seumur dia yang seharusnya bersenang-senang, ini malah berpikir tentang hal-hal berat dan buruk. Saya kasihan, saya temani, saya nasehati, saya tunjukkan kalau dunia ini masih luas.
X semakin percaya sama saya dan dia mulai menunjukkan aslinya. Saya tau ternyata dia sering 'bermain' dibelakang pacal. Lalu tentang ancaman-ancaman bunuh diri yang ternyata cuma pura-pura. Dan bahwa dia sebetulnya menjalani kehidupan yang masih normal seperti anak remaja lainnya, masih bisa seneng-seneng, keceng sana keceng sini. Licin juga anak ini kan? Saya cuma ngga ingin pacal terus-terusan dibohongi, dihantui ancaman dan ketakutan yang padahal ngga perlu. Jadi saya ceritakan semua sama dia. Sejak awal saya kenal pacal dan menyelami kehidupannya, saya yakin bahwa pacal ngga akan meninggalkan X sebelum ibunya pulang. Sampai sekarang sayang masih ngga ngerti sebetulnya, apa yang membuat pacal waktu itu nekat meninggalkan X. Tapi memang sih, waktu itu si X ketauan 'main-main' lagi, tapi pacal udah ngga mau tau lagi, dan mereka pun putus.
Lalu masalahnya selesai? Nope...
X akhirnya tau bahwa saya dan pacal bukan hanya sekedar dekat, walaupun belum resmi pacaran. Dan ketika X mengkonfrontasi pacal tentang ini, dia mengakui kalau dia memang sayang sama saya. Oh well...makasih ya sayang..;)
Tibalah hari-hari penuh teror. Saya di teror via sms oleh bocah berumur 17 tahun. Dia menuduh saya pengkhianat lah, dan segala macam lagi. Saya pikir-pikir, memang saya salah ya. Tapi apa dia ngga inget, kalo saya juga memberi dia petunjuk dan nasehat tentang bagaimana cara untuk menyenangkan pacarnya. Ngga nurut kan? huh...
Yasudah pokonya lama kelamaan, saya biarkan, akhirnya berhenti. Selesai. Dia hilang.
Saya pun bersama pacal. Kami yakin X baik-baik saja dengan kehidupannya, dan malah beranjak semakin baik. Kami tenang.
Tapi ternyata ibu X belum melupakan pacal begitu aja. Dia udah terlanjur sayang sama pacal saya dan sudah menganggap dia seperti anaknya sendiri. Dia tau bahwa pacal udah ngga bareng anaknya lagi, bahwa pacal udah bersama saya, tapi dia ngotot bahwa mereka ngga boleh putus silaturahmi. Itu semua disampaikan via sms atau telepon karena dia masih di UEA. Saya dan pacal ngga tau kapan dia pulang.

Kemarin malam, intuisi saya mendadak memberikan sinyal buruk. Ngga enak ati, istilah populernya. Dan benar saja, ternyata ibunya X sudah pulang. Dan pacal pun harus menemuinya untuk perkara oleh-oleh, silaturahmi, blah...blah...blah... Bahkan pacal akhirnya bicara lagi dengan X.

Saya takut.
Saya takut.
Saya takut kehilangan pacal karena ini. Saya takut ini cuma cara mereka untuk mengambil pacal lagi. Sejujurnya, saya merasa saya mendapatkan pacal dengan cara yang ngga benar, dan saya takut. Tapi bukankah jodoh ngga akan kemana-mana?

Kalau begitu Ya 4wl, saya berdoa...
Jodohkanlah pacal dengan saya
Kalau saya bukan jodohnya, maka jodohkanlah saya dengan dia...

Amin..


Love,

Del_gadis

Sunday, May 9, 2010

Can't Hardly Wait

Sudah tidak sabar, sudah tidak ingin lebih lama menunggu...

untuk melihat kamu sebelum menutup mata di malam hari...
untuk melihat kamu ketika saya terbangun tengah malam, ada di samping kanan saya...
untuk melihat kamu terlelap ketika saya bangun pagi hari...
untuk menyiapkan pakaian kamu untuk pergi kerja...
untuk menciummu sebelum pergi kerja...
untuk membuatkan kamu sarapan sebelum pergi kerja...
untuk menunggu kamu pulang kerja di sore hari...
untuk menyiapkan makan malammu...
untuk menemani kamu beristirahat setelah berjuang seharian...
untuk membiarkan kamu merebahkan kepala di pangkuanku...
untuk mendengarkan ceritamu tentang ini dan itu
untuk menceritakan keseharianku selama menunggu kamu
untuk menyandarkan kepalaku di dadamu
untuk nemplok sebelum aku terpejam

aku ingin ada untuk kamu 24 jam sehari 7 hari seminggu...

can't hardly wait to be your wife cal...


special dedicated to: Yuman Darmansyah

cheers,

Delena Gadis 

Berhenti Bertanya

Sejak kemaren sore pas gw ketemu teteh tercinta itu, gw sudah memutuskan untuk berhenti bertanya-tanya, dan semoga akhirnya gw akan berhenti mengeluh.

Gw akhirnya berhenti mempertanyakan, Why me? Why this happen to me? What should i do?  Why there's no way out?

Gw berhenti bertanya-tanya, karena itu melelahkan, dan karena sebenarnya semua sudah ada jawabannya. Gw hanya perlu menelaah lagi dunia sekeliling gw. Banyak fenomena yang gw abaikan dan justru itu adalah pertanda.
Selama ini gw ngga pernah tenang, grasak grusuk, itu juga karena otak gw penuh dengan pertanyaan-pertanyaan, otak gw sibuk mempertanyakan kenapa begini kenapa begitu hingga akhirnya ngga menemukan jawaban, hingga akhirnya ngga ada celah untuk jawaban apapun.

Di tengah krisis ini, gw hanya harus berhenti bertanya dan berdamai kenyataan.

So, titik baliknya adalah ketika gw mengunjungi Eta Pro.Com di bilangan Cikutra Barat Bandung untuk ketemu Teh Anti. Hari itu tadinya gw ngga berniat kemana-mana, palingan cuma nyamperin pacal ke kosan dan diem aja disana. Tapi entah kenapa tiba-tiba terbersit keinginan untuk nemuin teteh, i really need someone to talk, yang bener-bener buat gw curhatin ini itu. Dan cuma teteh lah yang waktu itu ada di kepala gw. Maka, berangkatlah gw siang itu kesana, ujan-ujanan pula sebelumnya malah sempet ketinggalan STNK pula, tapi untung akhirnya jadi.
Dari rencana awal gw yang paling ampe jam 3an gitu disana, taunya malah molor ampe jadi jam 6. Wkwkwkwkw....rumpiiii dah! Tapi banyaaaaakk sekali yang gw dapet dari obrolan sana sini itu. Salah satunya adalah tentang berhenti bertanya-tanya itu.   
Selama ini gw selalu menyalahkan keadaan, selalu berusaha menemukan apa yang salah. 4wl mungkin ngga menunjukkan jalan yang benar ke gw karena gw terus menerus berpikir tentang kesalahannya. 4wl mungkin ingin menguji gw dan mengetahui kemana pemikiran gw berarah, Dia ingin gw mandiri dan belajar sendiri, karena alam sudah menyediakan semuanya. 

Terus, juga tentang jalan keluar yang ngga gw temuin. Kayaknya udah coba ini itu kesana kesini tapi ngga juga menyelesaikan masalah. Itu karena sebenernya gw memilih untuk mencari jalan yang gw mau, dan bukannya menjalani jalan yang udah ada sebaik-baiknya, gw memilih untuk menutup mata sama pertanda-pertanda, dan lebih memilih untuk menyalahkan ini dan itu. Makanya jalan keluarnya ngga ketemu-ketemu.
Mendingan gw fokus sama apa yang jelas-jelas sudah disediakan 4wl. Gw telat menyadari bahwa harapan dan kenyataan itu seringkali ngga sejalan. Well, gw udah tau sih tentang itu sejak lama, tapi ngga bener-bener meresapi jadinya ya sekedar ungkapan angin lalu aja. Baru sekarang gw bener-bener paham apa artinya. Yang mana gw harus ikhlas menjalani apa yang gw butuh bukan apa yang gw mau karena jalan yang ada sekarang ngga memungkinkan kedua hal itu untuk jalan beriringan.

Sounds not fair isn't? Who says life's fair anyway??

Jadi, jalan yang tersedia buat gw sekarang adalah tetap bersabar dan jalani pekerjaan ini sebaik-baiknya. Mungkin memang disinilah rejeki gw berada. Yang penting, do the best sehingga jika nanti akhirnya gw bisa cabut dari sini, Delena Gadis adalah nama yang akan diingat dan bukan sekedar angin lalu di antara ratusan orang yang keluar masuk. Dan mungkin dengan ikhlas, ngga akan semelelahkan sekarang ini, mari kita coba. 
Planning gw adalah, gw tetap mencari, seperti biasanya, karena memang kantor gw sekarang ini bukanlah titik drop off, bukan tempat yang tepat untuk settlement seseorang, lebih seperti batu loncatan. Dengan segala tekanannya, targetnya, ini batu yang bagus buat pekerjaan yang lebih berat nantinya. Ya, gw akan terus dan tetap mencari. Anyway, tapi dengan tanpa ngoyo dan keluhan dan ketidaksabaran kayak kemaren-kemaren. Doa gw adalah, semoga dalam waktu 3 bulan kedepan gw udah menemukan 'rumah' baru untuk kemandirian gw. Amin.
Yaaa, jadi inilah gw...memacu diri lagi untuk menjadi Caroline Officer yang baik. Yuuukk mariii...
Hmm...apalagi ya? Kemaren kesentil ama teh Anti waktu dibilang "lakukan apapun yang lo bisa del, alihkan perhatian lo dari hal-hal yang negatif!" Iya juga sih, waktu gw untuk day dreaming dan menyesali keadaan itu memang banyak banget. Pulang kerja jam 2, gw stuck gada aktivitas. Pulang kerumah tidur, bangun sore-sore langsung bengong. What a waste??? 

Jadi, sekarang gw mulai memikirkan potensi yang bisa gw manfaatkan. Lalu yang terlintas di kepala gw adalah: Gosh, saya sudah terlalu banyak melakukan aborsi!!!!
Dan lalu gw teringat bayi-bayi imortal gw yang udah pada entah kemana itu. Duuuhh...penulis macam apaa kau ini Del? Katanya mau jadi penulis? Argh..gimana siiihh?? Well, prospek untuk potensi yang ini menghasilkan rupiah memang masih sangat jauh dan panjang dan kecil juga peluangnya. Itu yang membuatnya seringkali terabaikan karena gw lebih fokus sama realita sekarang, which is i need to earn more money immediately!! Tapi di pikir2 lagi, ya daripada gw bengong juga ngga ngapa2in, daripada menyesali yang udah-udah, pusing mikirin yang ngga ada, mendingan gw manfaatin aja kan? @ least gw punya kegiatan positif diluar pekerjaan.

Lalu sempat terpikir lagi tentang mimpi gw, yang menjadi seorang Event Organizer handal itu. Gw selama ini berpikir untuk mencari lahan dimana gw bisa bergabung dan menjadi bagian dari EO itu. Tanpa gw sadari, kenapa gw ngga mulai menciptakan lahan itu sendiri??? hahaha...ngimpiiii dah! Eh, kenapa ngga ya kan? Belom kepikir sih teknisnya mau gimana-gimana, tapi lagi mulai gw bayang-bayangin, dan rasanya adik bungsu gw yg lagi gaul-gaulnya ini bisa di berdayakan. wkwkwkw...

Hmmm....Gw berasa kehilangan orang-orang yang gw kira selama ini adalah temen-temen yang akan men-support gw ketika gw jatuh, dan taunya ternyata gw salah. Gw bukan kehilangan mereka, tapi gw berteman dengan temannya dia, si mantan pacar gw itu. Jadi ketika gw memutuskan meninggalkan pacar gw itu, ya gw ngga punya temen, mereka yang gw kira akan netral dan mensupport taunya malah ikutan nunjuk2 gw sebagai si salah. Disanalah gw sadar dan sedih menyadari siapa-siapa aja yang gw tinggalkan dulu. Dan lalu bersyukur ternyata mereka masih ada. Kalo gw bisa meminta maaf untuk apapun yang sudah gw lakukan dan katakan dulu, gw mau minta maaf untuk semua, dan lalu berterima kasih karena masih ada. Semoga gw ngga melakukan kebodohan dan kehilangan teteh lagi kayak dulu... :'(((

Gw di pertemukan lagi dengan teh Anti, sharing tentang ini itu, mengasah kepekaan gw, dan gw pun menemukan banyak jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sebetulnya ngga perlu gw tanyain. 
Lalu teh Anti pun ketemu lagi dengan Mba Lia, di titik kita semua kembali ke nol. Jatuh, terpuruk, tapi lalu kami belajar banyak hal.
Lalu tentang Alif yang juga dalam kondisi ngga sebaik sebelumnya, tentang Alif yang udah ngga kayak dulu, Alif yang balik ke KPAD dan mulai dari titik awal dia melangkah dulu.

Kenapa kita semua dipertemukan lagi???? Pasti juga ada jawaban dari semua ini. Harapan gw adalah, bersama-sama mereka-mereka inilah gw akan bisa mewujudkan mimpi gw. Karena dulu, mimpi gw juga mewujud setelah bareng mereka, mimpi gw menjadi gambaran yang jelas setelah gw bergerak sama mereka. Bahkan setelah gw ngga bareng lagi sama mereka pun, mimpi itu udah terlanjur mengkristal di kepala gw. 

Dan gw sangat ingin ketemu Alif. Gw pengen tau kayak apa dia sekarang. Alif yang dulu gw kenal dan kagumi itu masih ada atau ngga??? Rasanya ngga percaya gw denger cerita-ceritanya teteh, Alif yang gw kenal ngga gitu deh! Sejauh itukah waktu membawa seseorang melangkah???

Well...anyway intinya adalah gw sekarang lebih ringan, setelah mengetahui inti masalahnya adalah karena gw kebanyakan bertanya dan mengeluh. Dan perlu gw lakukan hanyalah menjalani setapak ini dengan santai, pasrah, sebaik-baiknya. Lalu tetap berusaha dan tanpa ngoyo. Ngga gampang memang, tapi kesadaran seperti ini, sekecil apapun itu akan menjadi langkah awal yang baik.
Cheers,

Delena Gadis
 

Friday, May 7, 2010

Setelah 20

Dulu jaman kuliah, jaman gw menyentuh angka 20, rasanya masih mehe-mehe ngga jelas. . .terus, di tengah ke mehe-mehean gw, seseorang bernama Nyayu Miranti Suriakusumah pernah bilang sama gw, bahwa waktu akan seperti berlari setelah kita menginjak angka 20. Waktu itu gw ngga terlalu ngeh maksudnya apa, karena gejolak hidup gw belom di mulai. Gw masih santai-santai aja minta ini itu sama ortu, keinginan untuk nyari duit sendiri juga di motivasi oleh keinginan untuk hura-hura dengan duit sendiri.

Perasaan di kejar-kejar itu mulai terasa sejak gw lulus kuliah, umur 21 menuju 22. Yang emang kayaknya timing di atur banget ama 4wl, ketika itu gw di hadapkan pada realita. Tadaaaaaa....iniiii niiihh keluargaaa looo! Wuaaaahh...amaaaziiing!! Huweeeek... kenyataan-kenyataan yang bukan hanya harus gw terima tapi juga harus gw pikul. Buat seorang perempuan yang tipe bocah kayak gw gini? Daaaahhh...udah mau mencret rasanya.
Well okay, adalah lagi pada saat itu gw sendirian. Sahabat-sahabat sepanjang masa pada saat itu juga masih pada sibuk dengan urusan masing-masing.
Frekuensi ketemuan kita amat sangat jarang, kontak via sms atw telepon pun ngga. Sediiiih deh! Entah ya, 4 taun sejak gw lulus SMA, gw seperti asing ama temen2 deket gw. Sesuatu menjauhkan gw dr mereka. 
Pada saat itu, satu-satunya orang yg mungkin gw ajakin curhat, seseorang yg bs jadi kakak gw, yg mungkin ngasih nasehat untuk saat-saat kayak gini, barangkali udh ilfeel ama kelakuan gw.
Pacar gw saat itu pun, bukan orang yg bisa di ajak sharing utk masalah seperti ini. Mendengarkan mungkin iya, tapi ya that's it. Pada akhirnya tetap ngga ada solusi, dan kembali ke urusan dia lagi, masalah dia lagi. Jadilah gw berjuang sendirian, mencoba berdamai dengan segala beban, dan masalah. 
Well, sekarang? alhamdulillah...saya sudah GENDUT lagi. Artinya, sedikit banyak sudah mulai bisa menikmati keadaan, mensyukuri permasalahan. Di tengah keruwetan hidup gw skr, yang paling bisa membuat gw tegar adalah pemikiran bahwa 4wl sayang sama gw, makanya Dia ngasih gw ini itu, berarti Dia merhatiin gw kan? Gw nakal-nakalan ngga di cuekin gitu aja, langsung di kasih peringatan, supaya inget lagi. Gw ngeluh-ngeluh langsung ditunjukin yang lebih parah, jadi gw tetep bersyukur. Senangnya, sekarang ini gw bareng pacal. Yang mengingatkan kalo gw salah. Seperti masalah emosi gw ke si DK kemaren itu. Pelan, santai, he said something yang membuat gw tertegun. Oh God, gw ternyata emosional ya? ngga ke kontrol banget?!! Ada sesal, malu juga, dan lebih lagi ngerasa useless. Yasudah lah. Jadi, tanpa menyalahkan atau menghakimi, pacal membuat gw mikir dan segera introspeksi. Well see, mudah2an kedepannya Delena Gadis lebih stabil, dan dewasa. Amiiinn...
Apa yang telah gw tinggalkan bertahun-tahun ini??? ternyata susah ya untuk di bangun lagi.....kedekatan, persahabatan, ada sedikit sedih karena kayaknya ngga mungkin gw masuk lagi kesana. Padahal, mungkin itu lingkungan yang bisa nerima gw seada-adanya ini. Yang clumsy, yang childish, yg gradak gruduk. Mereka mereka yang pelan-pelan memperbaiki gw tanpa menghakimi atau memaksa.

Sahabat-sahabat SMA gw, sekarang lebih intens kontak sana sini. Walopun jarang banget ketemuan, sibuk diguyur problematika masing-masing @ least we're together n i know they always be there for me, so do i guys...;)

Daaaaaannnn.......sebenernya kalo gw ikhlas menerima ini itu di hidup gw, masalah-masalah finansial yang menjepit ini, ngga parah-parah amat juga sih. Memang ngenes, dan gw kapan nabungnya kalo gini teruuusss??? Tapi gw masih sering jalan dan senang-senang sama pacal. Adek-adek gw jg masih pada aman aja b'gaul sana sini walopun ngga mewah dan masuk kalangan high-end. Mamah dan Bapa, yang gw tau sebenernya terbebani sekali dengan tagihan-tagihan, tapi toh masih bisa ketawa dan bercanda, masih mesra. Alhamdulillah...

So, apa yang kurang? Biasalah manusia mah, ngga pernah puas. Gw butuh kepuasan pribadi, yang mana kepuasan pribadi gw bisa menyokong kepuasan yang lain-lain juga. Hahahaha.. Intinya adalah gw ingin pekerjaan yg sesuai ama jiwa gw, tapi gw dapet fixed income yang bisa menjamin finansial keluarga gw. Mungkin ngga??? Ada ngga sih tipe wedding atau event organizer yang kayak gitu??? kalo ada, mau dah gw resign nih dari inpomedoi. Capeee disini mah, gaji sih gede tapi tiap hari banyak setan dimana mana, mana dibacain ayat kursi juga kagak mempan. Wkwkwkwkw....;p ^^v

Gw baca-baca blog nya Sariro Family, dan sumpaaaahhh gw kangeeeenn masa-masa itu. Impian gw dari jaman SMA, dan pertama gw ikut sibuk di kepanitiaan Pankreas 3 tuh, adalah kerja di EO atau di WO kayak J-Lo di Wedding Planner. Huaaaaaa.... Bisa ngga yaaaa gw gitu2 lagii?? harus bisaaa gw maunya bisaaa doong! hiks..

Jadi??? Dream Job atau Fixed Income??? Ada ngga yang bisa dua-duanya???

Beuh, bener kan asa di udag-udag teh! Perasaan baru kemareeeenn gitu gw wara wiri jadi mahasiswi, sekarang udh mau 24 aja. Whaaaattt??? Dan yang lebih amazing lagi adalah, gw pengen punya bayi! Hiyaaaa....hahahha...si Delena yang sebel ama anak kecil ini pengen punya anak. Wkwkwwk... Iya loh serius da, dulu kan gw males banget ya ama bocah, apalagi yg rese, trs dikit-dikit meweeekk, rewel, ngga bisa di larang! Blah....males.
Tapi sekarang, gw ngebayangin ntar gw hamil kayak chay-chay, then gw ngurus anak gw tiap hari dari bangun pagi ampe bangun lagi besok paginya. Huwaaaa...sedap kayaknya yah?
Gw puuuunnn masih memimpikan untuk punya SoHo...Small Office Home Office. Seru kan?

Cepet banget ya waktu berlalu, dan sejuta hal sudah gw lewati, bitter and sweet...sejuta hal juga yang gw perjuangkan, yang ingin gw capai. Tapi diantara semua itu, sungguh gw ingin mengembalikan suasana yang gw rindukan, yang pernah gw lewatkan...


Cheers,

Del_Gadis

Wednesday, May 5, 2010

Saya di laboratorium kehidupan

4wl mengajak saya belajar lagi minggu ini. DIA mengajak saya masuk laboratorium kehidupan untuk membedah amarah, kecewa, maaf dan ikhlas. 

Well, ini bukan minggu yang mudah, sangat ngga mudah. Tapi disini saya menyadari, saya masih meledak-ledak, emosi saya belum terkontrol, saya masih buruk menghadapi kekecewaan, dan saya masih belum mudah memaafkan, masih belum ikhlas dan berdamai dengan kenyataan.

Jadi, ini dia kronologis pelajaran saya minggu ini bersama-Nya...
Dua minggu lalu, saya dapet telepon yang udah sangaaaaatt ditungguuu sejak 3 - 4 bulan terakhir, dari Mba Icha. Agen perusahaan outsource yang ngurus tetek bengek kontrak saya sama BRI. Udah 6 bulan lebih ini saya banyak berurusan sama dia untuk tes ini itu, bolak balik ke kantor Mutual Plus di MTC. Mba Icha bilang, saya harus siap-siap karena 2 minggu ini akan ada panggilan interview terakhir dari BRI. Saya adalah kandidat yang di jagokan, jadi mereka optimis saya akan lolos. Dan bersiaplah saya. Mulai dari dresscode, udah siap dari berbulan-bulan lalu. Saya juga mulai cari tahu lebih banyak tentang BRI.

Ini pelajaran pertama saya:
Hari kamis, tanggal 29 April 2010, saya masuk kerja jam 05.30 WIB seperti biasanya. Hari itu entah kenapa banyak sekali urusan yang mengharuskan saya contact dengan beberapa orang. Emang dasarnya saya ngga suka menunda-nunda, jadi saya usahakan (baca: ngumpet-ngumpet) online sambil sms-an. Jadi urusan saya bisa selesai dan kerjaan pun ngga ketinggalan, gitu maksudnya. Tapi jelas itu salah, melanggar aturan yang udah jelas-jelas dibuat tertulis. Saya salah, saya mengakui itu, dan saya berbesar hati ketika TL (Team Leader) On Duty nyamperin saya untuk menyita HP saya. Itu memang konsekuensi yang udah disepakati semua Caroline Officer sejak awal. Karena saya sadar kalo saya salah, maka saya ngga membantah, saya ngga berusaha membela diri, saya ngga ngeles, atau apapun. Sebelum dia yang berinisial DK itu ngomong apapun, saya langsung serahkan HP saya. Sekali lagi, ini karena saya sadar saya salah.

Masih hari yang sama, jam 14.00, duty saya hari itu selesai. Artinya, sesuai prosedur yang berlaku, hukuman saya juga sudah selesai, saya sudah berhak menerima HP saya lagi. Jadi, saya nyari yang namanya DK ini. Mondar-mandir dari lantai 4 ke lantai 2 ke lantai 4 lagi, dia ngga ada. Huhfff... Akhirnya, saya tanya sama kolega nya dia yang juga lagi duty di lantai 4, tempat saya online hari itu, tempat si DK ini juga duty. Ada dua orang disana, yang (maaf) dengan ekspresi sangat meremehkan dan melecehkan, mengatakan bahwa HP saya ada di Team Leader saya. Ini rincian percakapannya:

Saya: "Maaf mbak, kalo mbak Dwi dimana ya?"
Miss G & Miss T  : " Oh, Mbak Dwi lagi ada Meeko di Asia Afrika. Ada apa?"
Saya: " Mau ambil HP mba, tadi di sita"
Miss G & Miss T  : (dengan wajah menyebalkan) " Makanya, lain kali jangan pake HP di layanan ya..HP nya ada di TL kamu"
Saya: "Iya mba, maaf saya salah. Emang mas roy ada disini?"
Miss G & Miss T  : "Iya tadi kesini, tp skr sih di Asia Afrika juga"
Saya: (bengong...) "Oh, iya makasih mba"

Duuh, jadi HP saya apa kabar? mana ya hari itu saya ada janji mau jemput ais ke sekolah? duuhh.. Dan saya telepon lah TL saya itu, sambil harap-harap cemas karena kalau memang lagi meeting ya mana mungkin HP nya di angkat? Alhamdulillah, ternyata meeting-nya belom mulai. Dari hasil pembicaraan dengan mas Roy, akhirnya diputuskan kalo saya baru bisa ketemu HP saya lagi besok paginya. Karena mas Roy kemungkinan besar meeting di Asia Afrika sampai sore, dan baru balik ke Bubat 91 untuk duty jam 11 malem. Saya kesal, tapi mau apa lagi, toh saya juga yang salah. Yasudah, saya masih oke oke aja.

Sore-sore, saya yang hari itu bawa HP pacal, nerima telepon dan sms dari adiknya pacal dan mamah di majalaya. Ada kabar penting, Milda (adiknya pacal) dan suaminya, dua-duanya kena gejala DB dan terbaring lemas di rumahnya, cuma berdua. Dari sore, mereka coba minta tolong sama saya, karena mereka tahu, pacal pasti lagi kerja dan ngga bisa di ganggu, makanya mereka ngasih tau saya. Karena saya ngga pegang HP, jadi saya ngga tau dan baru tau malemnya. Belom lagi dari sore mamah saya juga berkali-kali sms dan telepon karena memang lagi ada urusan penting.
Kesel, karena akhirnya dianggap ngga aware sama kepentingan sodara, saya pun sms mas Roy dan nanya, kapan saya bisa ambil HP saya dan dimana. Ngga taunya, jam 11 malem itu, mas Roy langsung telepon saya dan minta maaf karena HP saya tertinggal di mobilnya, dan dia duty malem itu pake motor. Dia bilang, besok pagi dia pulang dulu terus ambil HP dan balik lagi ke kantor. Dari situ juga saya tau kalo sebenernya siang tadi dia sama sekali ngga ke kantor, dan dia nerima HP saya itu di Asia Afrika, dan bahwa TL berinisial DK itu keLUPAan dan terbawalah HP saya ke As-Af. Damn....

Saya keseeeelll sekali. Memang saya salah sejak awal, tapi berdasarkan prosedur, kesalahan saya udah dibayar lunas sampai jam 2 ketika duty saya selesai. Setelah jam 2, kesalahan bukan lagi ada di saya kan? Malam itu saya pikir, ini yang namanya DK kok ngga rasional amat ya? Nitipin Hp saya kok sama orang yang jelas-jelas ngga akan ketemu saya, yang masuk jam 11 malem. Menurut saya dia sangat ngga make sense. Buat saya dia terkesan pengecut, lari dari tanggung jawabnya. Kalau saya jadi dia, dan saya punya tata krama, saya akan bilang sama kolega-kolega saya, tolong bilang sama si pemilik hp bahwa saya kelupaan dan HP nya kebawa, titip permintaan maaf karena saya membawa barang pribadinya keluar kantor, dan minta ybs menunggu saya karena secepatnya saya akan kembali ke kantor. Saya akan kembalikan langsung, dengan permintaan maaf. Bener ngga? itu menurut saya.

Tapi apa yang terjadi? Sampai keesokan harinya, Jumat 30 April 2010, ngga sedikit pun kata dari dia yang menyita Hp saya. Saya pun penasaran, jangan-jangan dia ngga tau kalo HP saya belom balik? Jadi, saya kirim message via email intranet menanyakan perihal Hp saya, dan gimana prosedur pengambilannya, dan apakah ada aturan penyitaan HP di atas 1x24 jam?
Dia balas, dengan santainya, menceritakan kronologis kejadian kemaren (yang di manipulasi). Dia bilang, dia harus ke Asia Afrika (ini benar), dan dia khawatir HP saya hilang kalau dititip, makanya dia bawa (INI BOHONG!!!), dan dia ketemu TL saya lalu menitipkannya sama beliau. 

Alhasil saya bengong baca balasannya, kekesalan saya memuncak, respek saya sama dia yang sejak awal juga minus, udah makin ilang aja. Dari balasan singkatnya, saya menemukan banyak hal: 
  1. Miss G dan Miss T yang terhormat sudah membohongi saya, meremehkan dan menyepelekan saya, dengan mengatakan kalo TL saya datang ke kantor (padahal tidak), dengan ekspresi mukanya itu yang sangat menganggap saya kerdil, saya bocah. Tolong ya ibu-ibu, mungkin saya memang childish, tapi saya ngga tolol.
  2. DK, adalah yang paling berbohong sama saya. Jelas-jelas lupa, masih sok suci dengan belagak khawatir. Memang saya ngga tau kalo pernah ada kasus hilang Hp yang dititip di korlap. Tapi kan di Bubat 91 ini ada ratusan jiwa setiap harinya? Ada orang duktek, HR, SPV kalo perlu, dan banyak TL lain yang lagi duty juga. Saya percaya kok sama mereka. Intinya adalah, anda sebenernya ngga khawatir kan? anda LUPA dan saya benci karena anda ngga mengakui ini.
Kesel kan saya? Jadi saya balas pesannya, masih dari media yang sama. Saya minta maaf lagi atas kelalaian saya, dan ini jadi bahan pelajaran supaya ngga terulang lagi kedepannya. (See, saya SUDAH mengambil pelajaran dari kejadian ini). Lalu sebagai tambahan, saya mengingatkan ybs, dengan permintaan maaf juga sebelumnya, lain kali tolong lebih rasional kalo mau nitipin HP, seperti yang saya bilang di atas, ngga rasional kan nitipin HP sama orang yang masuk jam 11 malem, dan ngga mungkin ketemu saya hari itu. Iya kan? Saya rasa jauh lebih wajar ide saya. Rupanya dia ngga terima dengan balasan saya. Entah kata-kata saya yang kurang sopan, terlalu tajam, atau memang dia yang ngga bisa menerima kritik. Dia minta saya menemui dia langsung, dan saya temui lah dia. 
Baru duduk, langsung saya di sengat. Dia tersinggung karena saya menyebutnya ngga rasional, lalu saya bilang memang dia ngga rasional toh? Dia marah karena saya terus ngomong dan membantah. Saya bilang sama dia, kalo saya pantas bicara dalam kasus ini, karena saya yang dirugikan, dan dia ngga punya hak membungkam saya. Di luar perkara pernah ada kasus hilang HP di korlap itu, saya sebetulnya hanya ingin dia mengakui kalau dia salah, bahwa sebetulnya dia lupa. Dia juga sepertinya ngga terima dengan sikap saya yang dingin, cenderung membangkang dan ngga menghargai posisi dia sebagai atasan saya. Dan apapula yang harus saya hargai dari atasan macam itu??????

Sejak saya tau dia bohong, respek saya yang dari awal udah tipis itu langsung drop ke angka minus jauh dari angka nol. Sejak awal, saya sudah berbesar hati mengakui dan membayar kesalahan saya tapi dia dan kolega-kolega nya tidak menghargai saya sama sekali. Jadi saya pun ngga merasa perlu menghargai dia lagi. Dia bukan atasan langsung saya, kontribusi dia ngga berpengaruh sama sekali dengan kelangsungan hidup saya, jadi buat apa?
Karena waktu yang terbatas, pembicaraan ngga berlangsung lama. Barangkali dia ingin saya menarik kata-kata saya tentang dia dan minta maaf. Tapi itu jelas ngga tercapai, maaf aja ya, saya mempertahankan harga diri dan apa yang saya anggap benar. DK rupanya belum puas dan masih ingin mempertahankan harga dirinya, dia minta saya menemui dia lagi setelah pulang Online.

Sorenya, saya ketemu TL saya, yang di hari liburnya bela-belain datang ke kantor untuk balikin Hp saya. Dia bilang, maaf karena HP saya ketinggalan di mobil, dan pagi tadi dia ketiduran, maklum pulang pagi abis duty malem. Saya mengangguk maklum, saya mengerti dan tidak terlalu mempermasalahkan itu. Dia bilang saya ngga usah menemui si DK lagi, biar dia yang akan menyelesaikan. Saya udah bersiap pulang ketika saya baca-baca inbox yang masuk selama HP itu ngga saya pegang. Dari mamah, milda, pacal, resma, dan satu nomor ngga dikenal. Nomor ngga dikenal ini yang bikin saya rasanya kayak disambar petir.

Mba Delena, saya icha dari mutual plus. Mbak kami coba hubungi sejak kemarin, tapi ngga diangkat. Mba diminta hadir untuk interview terakhir sekaligus penempatan dengan BRI Kanwil Cimahi, Jumat 30 April 2010 jam 10 pagi. Mohon datang ya mba, kami optimis mba bisa lolos, peluangnya besar. Maaf memang informasi dari BRI nya mendadak. Terimakasih.

Itu isinya. Saya trance beberapa saat, lalu lari ke pacal untuk ngasih tau tentang ini. Saya ngga bisa ngomong apa-apa dan cuma bisa menunjukkan sms itu. Pacal juga kaget, dan cuma bisa mengusap pelan kepala saya dengan mimik prihatin dan bilang "sabar ya beb..."
Saya tau saya sudah melewatkan satu kesempatan emas. Ngga tahan, saya pun nyari mas Roy untuk ngadu, sekedar meluapkan perasaan, saya nangis sejadi-jadinya. Ini kesempatan emas yang sudah saya tunggu. Pintu gerbang saya untuk masa depan yang lebih baik, yang lebih cerah. Peluang untuk karir yang lebih besar. Saya gagal, sebelum saya mencoba. Bayangkan rasanya.

Saya jatuh...dan tak bisa muncul lagi ke permukaan...

Yang ada di hati saya saat itu adalah amarah dan kecewa. Sudah setahun lebih, tapi kekecewaan saya karena kejadian di Mandiri awal tahun 2009 masih terus menghantui, saya masih trauma. Dan rasanya seperti di benamkan lagi di trauma itu. Saya marah pada DK yang gara-gara dia saya melewatkan kesempatan ini.

Ditengah tangis heboh histeris saya, dia bisa-bisanya dateng sambil masih terus tahan harga dan ngga terima disalahin, dan sempat pula bertanya, "Ada apa sih ini? Kok ngga bilang sama gue??" Haaaa!! Pleaseee yaaaa...otak lu udh nyampe tumit kali ya..dari dengkul aja udh kejauhan...huweeek..Duh tolong ya...elu tuh punya otak kagak sih? 
Sambil masih dalam tangis, saya sampai menjelaskan sama dia, bahwa kami bertiga disana salah. Saya, dia, dan mas Roy juga salah. Tapi dia ngga sadar, kalo saya sudah membayar lunas kesalahan saya sesuai prosedur. Dan mas Roy, sejak awal sudah mengakui kalo dia salah dan sudah minta maaf. Tapi dia, DK ini, kesalahannya berlipat-lipat. Pertama, kelupaan dan membawa properti pribadi orang lain keluar gedung kantor plus seenaknya memindah tangankan barang itu, tanpa ada pertanggung jawaban langsung ke si pemilik barang, pengecut lo DK, such a coward. Lalu berbohong, ditambah lagi temen-temennya Miss G & Miss T yang juga bohong dan sangat meremehkan saya. Kalau bukan karena kelalaian si DK dan ngga punya tanggung jawabnya dia, SAYA MASIH PUNYA KESEMPATAN UNTUK KARIR DAN MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK, dan mas Roy juga ngga perlu mengorbankan hari liburnya untuk datang ke kantor kan? Jelas kenapa saya sangat menyalahkan dia??

Dia berulang kali mengalihkan kesalahan ke saya, yang katanya kalo bukan gara-gara saya melanggar aturan juga ngga akan kejadian kayak gini. Dan saya juga berulang kali menekankan sama dia, kalo itu sudah saya sadari, sudah saya akui, dan sudah saya jalani konsekuensinya sesuai prosedur. 

Lalu sekarang bagaimana? Saya marah-marah juga kesempatan saya ngga akan balik lagi. Saya sudah berusaha contact balik mba icha dan menjelaskan situasinya, menanyakan kemungkinan untuk reschedule, dan tapi ternyata hasilnya nihil. Sediiih sekali, dan kecewaaa sekali. Ini yang saya tunggu-tunggu. Ngga gunanya memang menyesal, tapi memaafkan DK juga ngga semudah itu

di laboratorium kehidupan minggu ini, 4wl mengajarkan saya tentang:
  1. Karma. It really works. Saya melanggar aturan, dan saya langsung dapat ganjarannya. Konsekuensinya sesuai prosedur. Yang masih belum jelas buat saya Ya 4wl, kenapa konsekuensinya harus sejauh ini? Bukankah sudah saya bayar sesuai prosedur? Kenapa sampai mengambil kesempatan saya seperti ini? Apakah ini masih bagian dari hukuman saya karena kenalakan-kenakalan yang dulu itu?
  2. Kecewa. 4wl menunjukkan bahwa saya belum bisa menghandle kekecewaan ini dengan lebih baik, sudah setahun lebih. Saya masih trauma, masih tenggelam di dalamnya, belum lagi bisa muncul ke permukaan. Saya harus belajar lebih baik.
  3. Ikhlas. Satu-satunya cara untuk menghadapi kekecewaan adalah dengan ikhlas. Mungkin ini memang bukan rejeki saya, mungkin ada jalan yang lebih baik. Saya sedang belajar percaya bahwa 4wl Yang Maha Baik sedang menyiapkan sesuatu yang jauuuuuhhh lebih besar lebih baik dan lebih menyenangkan untuk saya.
  4. Amarah. Saya marah-marah sedemikian rupa, membentak si DK, bercucuran air mata, ngga ngaruh. Kesempatan saya ngga kembali. Saya hanya menghabiskan energi, menumpuk dosa, menabung penyakit benci di hati saya, dan jelas ngga menyelesaikan masalah. Saya harus lebih sabar dan mengontrol emosi saya.
Hmm...lumayan kan pelajarannya?
Ngga apa-apa ya 4wl, makasih karena masih mengingatkan saya, masih sayang sama saya, masih menganggap hamba-Mu ini ada. Dengan begini, saya pun jadi ingat lagi, bahwa segala sesuatu selalu berpulang kepada-Mu, selalu Engkau yang mengatur dan memutuskan. Saya cuma kecewa ya 4wl, saya sedih. tapi saya bersyukur untuk pelajarannya.

Sampai sekarang, mamah, bapa, dan adik-adik saya ngga tau tentang ini, karena saya ngga berani bilang. Saya ngga berani mengecewakan mereka. Kesedihan ini akan semakin bertumpuk kalau saya melihat kekecewaan mereka juga.
Semoga memang ada yang lebih baik. Saya terus berusaha. 

Ps: 
  1. Makasih pacal, yang selalu menguatkanku dibalik sikap santainya, ketidakpanikannya, dinginnya. Aku tau kamu ada cal...
  2. Untuk pihak-pihak yang saya sebut langsung namanya dan kebetulan membaca tulisan ini, saya harap bisa berbesar hati dan berkepala dingin. Ini cuma tulisan, ungkapan hati saya sebagai pihak yang anda rugikan. Kalau anda keberatan, anda tau dimana dan bagaimana mencari saya, kita berhadapan langsung, bukan sebagai atasan dan bawahan, tapi sebagai individu yang harus sama-sama introspeksi.

Tears and Love, 
Delena Gadis