Saya menjadi sering ketakutan belakangan ini. Kenapa ya?
Rasanya karena saya merasa terlalu memiliki apa yang saya punya sekarang, jadi saya takut kehilangan.
Dan lagi banyak yang belom saya capai, takut tak tercapai
Suatu hari, Bapa pernah bilang, dia selalu khawatir sama anak-anaknya, takut ini takut itu takut anak-anak kenapa-kenapa lah. Waktu saya dan adik-adik masih kecil, kita sama sekali ngga keberatan ngikutin apa yang Bapa mau, untuk membuatnya merasa tenang dan nyaman. Sampai gedean dikit, mulai deh kita gerah, merasa terkekang. Dan ternyata itu pun terpikir sama Bapa. Akhirnya, dia sadar kalo dia terlalu possesif sama anak-anaknya, padahal saya adik-adik cuma titipan dari 4wl, yang memang harus dia jaga. Tapi pada akhirnya semua kan akan balik lagi ke Dia? Dan Bapa pun memilih untuk pasrah, melepaskan saya dan adik-adik dalam koridor norma dan tata nilai, tapi tidak lagi mengekang dan possesif.
Lalu apa hubungannya dengan saya sekarang?
Well...sudah tertebak, saya takut kehilangan pacal, karena saya possesif sama dia. Merasa memiliki, merasa dia punya saya. Seringkali pacal bercanda, kalo saya tanya, "a, kamu punya aku kan?" dia akan jawab, "abdi mah nu gusti Alloh!" gitu katanya. Bercanda memang, tapi memang ya, itu esensinya. Pacal benar.
Hmmm....
Kemaren sore, feeling saya mendadak ngga enak, saya mendadak rungsing dan ketakutan, terpikir yang aneh-aneh. Dan lalu malam ini baru saya diberi jawaban tentang intuisi saya kemaren. Ternyata intuisi saya ngga salah.
Cerita tentang masa lalunya pacal sedikit ya...
Saya ketemu pacal akhir Januari 2009 dalam kondisi sama-sama not available. Saya berstatus pacarnya Agung, dan dia berstatus pacarnya seseorang named Ratna. We call her as X, deal?
Nah, dari awal saya ketemu pacal, intuisi saya mengatakan, akan ada sesuatu tentang orang ini. Entah ada kaitannya dengan saya atau ngga. Pada saat itu ngga terpikir kalo saya akan tertarik sama dia. Diluar fisiknya yang memang oke, saya sama sekali ngga tau apa-apa tentang dia.
Hari ke hari, saya semakin tau siapa si Yuman Darmansyah ini. Dia saat itu menjadi pacar seorang anak kelas 2 SMA yang notabene tipikal anak broken home yang sangat labil. si X ini, harus tinggal berdua dengan kakak laki-lakinya karena si ayah sudah berpisah dari ibunya, dan si ibu harus bekerja ke LN. Kakak laki-laki si X ini bukan jenis kakak yang bertanggung jawab untuk menjaga adik perempuannya. Jadilah seringkali pacal yang harus menjaganya. Dan, ibu si X ini sudah sangat percaya sama pacal, bahkan dia mengizinkan pacal tinggal di rumahnya, di saat dia tidak dirumah, di saat X hanya sendirian di rumah. Alasannya, untuk menjaga X. Well, itu adalah sesuatu yang mustahil terjadi pada saya. Bapa dan mamah akan memilih tidak kemana-kemana daripada membiarkan pacal menginap dirumah saat saya sedang sendirian. Intinya, pacal sudah diberi kepercayaan penuh untuk menjaga X.
Dan pacal, yang dulu seringkali di urus oleh ibunya X. Sebagai anak rantau yang sering kekurangan ini itu, dia merasa berhutang budi karena sudah disayangi.
Seiring kebersamaan saya dan pacal, ketika hubungan kami sudah semakin dekat, dan menunjukkan sinyal-sinyal ketertarikan, pacal mulai menunjukkan ketidaknyamanannya bersama X. Pada saat itu saya dan agung pun sedang dalam kondisi rapuh. Pacal buat X adalah pacar, kakak, sahabat, ayah, ibu, dan sebagainya. Pacal yang menjadi pacarnya untuk sayang-sayangan, tapi juga mengurusnya ketika sakit, mengingatkannya untuk mengerjakan PR, mengambil rapor, dsb. Pacal mulai gerah karena lebih terasa seperti pengasuh. Sementara saya tau, ketika itu beban dan tuntutan pekerjaan juga tidak mudah. Lebih lagi karena kehadiran pacal membuat si kakak dan ayah X semakin keenakan dan tidak bertanggung jawab.
Entah ya, apakah itu alasan yang muncul setelah kehadiran saya, atau memang sudah seperti itu kondisinya. Maksudnya, terkadang kehadiran seseorang dalam hidup kita, memberikan pandangan baru dan menciptakan penilaian baru pada orang yang telah ada sebelumnya. Seperti kehadiran pacal yang sedikit banyak juga mempengaruhi pandangan saya tentang hubungan saya dengan agung yang udah 4 tahun, saya rasa kehadiran saya juga yang ikut mempengaruhi perasaan pacal. Ini mungkin ya...
X adalah seorang anak yang labil, dan sangat nekat. Berkali-kali dalam hubungan mereka, ketika pacal ingin pergi dari dia, si X mengancam akan bunuh diri. Karena kenal karakternya yang nekat, pacal pun takut hal buruk bener-bener kejadian. Dan lagi perasaan hutang budinya pada ibu si X.
Akhirnya, pacal bilang, cuma ketika ibu nya pulang lah X akan bisa ia tinggalkan, dengan tenang dan aman. Karena sekarang X benar-benar sendirian.
Saya ngga tega liat pacal di rongrong terus kelabilan si X ini. Kerewelannya, kemanjaannya yang kadang ngga melihat waktu. Saya ingin mengenal dia lebih jauh. Kebetulan, X pertama kali mengontak saya. Ini adalah bukti kenekatannya. Dia tau saya adalah teman dekat pacarnya di kantor, jadi dia mengontak saya, dengan alasan, dia bisa pasang mata buat pacarnya melalui saya. Oh well...
Saya ketika itu ngga masalah menemani dia. Alasan pertama, toh saya masiih bersama agung dan belum ada indikasi akan mengakhiri 4 tahun ini. Alasan kedua, saya ingin meringankan beban pacal. Waktu itu, jujur aja, feeling saya buat pacal udah lumayan kuat. Tapi kami berdua mencoba realistis, ngga mau menyakiti, jadi memilih untuk cukup tau sama tau aja perasaan masing-masing dan ngga ngoyo untuk pacaran. Dan jadilah saya berteman dengan si X. Awalnya dia hanya curhat tentang pacarnya, yang saya tanggapi dengan membunuh cemburu (halaaaahh...), lalu mulai tentang keluarganya yang berantakan, dan dia memang anak broken home. Tentang ibunya yang pergi dan dia merasa ditinggalkan, diabaikan. Tentang dia yang merasa sendirian, sangat sendirian. Awalnya saya iba, karena anak seumur dia yang seharusnya bersenang-senang, ini malah berpikir tentang hal-hal berat dan buruk. Saya kasihan, saya temani, saya nasehati, saya tunjukkan kalau dunia ini masih luas.
X semakin percaya sama saya dan dia mulai menunjukkan aslinya. Saya tau ternyata dia sering 'bermain' dibelakang pacal. Lalu tentang ancaman-ancaman bunuh diri yang ternyata cuma pura-pura. Dan bahwa dia sebetulnya menjalani kehidupan yang masih normal seperti anak remaja lainnya, masih bisa seneng-seneng, keceng sana keceng sini. Licin juga anak ini kan? Saya cuma ngga ingin pacal terus-terusan dibohongi, dihantui ancaman dan ketakutan yang padahal ngga perlu. Jadi saya ceritakan semua sama dia. Sejak awal saya kenal pacal dan menyelami kehidupannya, saya yakin bahwa pacal ngga akan meninggalkan X sebelum ibunya pulang. Sampai sekarang sayang masih ngga ngerti sebetulnya, apa yang membuat pacal waktu itu nekat meninggalkan X. Tapi memang sih, waktu itu si X ketauan 'main-main' lagi, tapi pacal udah ngga mau tau lagi, dan mereka pun putus.
Lalu masalahnya selesai? Nope...
X akhirnya tau bahwa saya dan pacal bukan hanya sekedar dekat, walaupun belum resmi pacaran. Dan ketika X mengkonfrontasi pacal tentang ini, dia mengakui kalau dia memang sayang sama saya. Oh well...makasih ya sayang..;)
Tibalah hari-hari penuh teror. Saya di teror via sms oleh bocah berumur 17 tahun. Dia menuduh saya pengkhianat lah, dan segala macam lagi. Saya pikir-pikir, memang saya salah ya. Tapi apa dia ngga inget, kalo saya juga memberi dia petunjuk dan nasehat tentang bagaimana cara untuk menyenangkan pacarnya. Ngga nurut kan? huh...
Yasudah pokonya lama kelamaan, saya biarkan, akhirnya berhenti. Selesai. Dia hilang.
Saya pun bersama pacal. Kami yakin X baik-baik saja dengan kehidupannya, dan malah beranjak semakin baik. Kami tenang.
Tapi ternyata ibu X belum melupakan pacal begitu aja. Dia udah terlanjur sayang sama pacal saya dan sudah menganggap dia seperti anaknya sendiri. Dia tau bahwa pacal udah ngga bareng anaknya lagi, bahwa pacal udah bersama saya, tapi dia ngotot bahwa mereka ngga boleh putus silaturahmi. Itu semua disampaikan via sms atau telepon karena dia masih di UEA. Saya dan pacal ngga tau kapan dia pulang.
Kemarin malam, intuisi saya mendadak memberikan sinyal buruk. Ngga enak ati, istilah populernya. Dan benar saja, ternyata ibunya X sudah pulang. Dan pacal pun harus menemuinya untuk perkara oleh-oleh, silaturahmi, blah...blah...blah... Bahkan pacal akhirnya bicara lagi dengan X.
Saya takut.
Saya takut.
Saya takut kehilangan pacal karena ini. Saya takut ini cuma cara mereka untuk mengambil pacal lagi. Sejujurnya, saya merasa saya mendapatkan pacal dengan cara yang ngga benar, dan saya takut. Tapi bukankah jodoh ngga akan kemana-mana?
Kalau begitu Ya 4wl, saya berdoa...
Jodohkanlah pacal dengan saya
Kalau saya bukan jodohnya, maka jodohkanlah saya dengan dia...
Amin..
Love,
Del_gadis