Thursday, June 24, 2010

Tengah malam....

Saya benci ketika terbangun tiba-tiba di tengah malam, karena akan susah memejamkan mata lagi
Saya benci ketika terbangun tiba-tiba di tengah malam, karena malam selalu membuat saya berpikir keras tentang hal-hal yang berusaha saya abaikan

Seperti malam ini, saya terbangun tiba-tiba oleh dering pesan singkat dari operator seluler. Sialan....
Dan ini membuat saya mengingat hari, sekarang sudah hari kamis. Semakin dekat ke jawaban yang sudah kami tunggu-tunggu. Akan kemanakah pacal hari sabtu nanti?
Semakin dekat, tapi saya sama sekali tak siap. Pacal bilang, lama kelamaan saya akan terbiasa, toh dia juga pergi untuk masa depan kami. Pacal bilang, saya harus bersabar, karena ini tidak akan lama, karena kami akan segera menikah begitu waktunya memungkinkan. Amin pacal, amin amin amin.

It's not the same without you, because it takes two to whisper quietly _owlcity-

"Tidak akan pernah sama lagi cal, ketika kamu ngga deket aku. Tapi segala rasa ngga akan pernah berubah. Aku yakin. Dan kamu tetap ada untuk aku, hanya beda ruang, berjarak, masih di waktu yang sama. Iya kan cal?"

Mungkinkah untuk ngga nangis nanti ketika keputusannya keluar? I'm not sure, pacal! Maaf. "Sekali ini, aku mohon maafkan kecengengan aku. Aku pasti akan nangis. Bukan, bukan menangisi kepergian kamu, karena kamu toh ngga kemana-mana kan? Tetap dihatiku cal.... Aku nangis karena akan sangat merasa kehilangan banyak sekali moment yang biasa kita lakukan bareng-bareng. Nonton, makan, pulang ke majalaya, nonton basket, latihan basket, ke studio, ke vertex, cicak-cicakan d kosan. Nanti akan susah sekali dapetin momen2 itu lagi. Pasti kita bakalan melakukan itu lagi sama-sama cal, itu pasti. Tapi pasti susah."

Disini saya sadar, how priceless the times are. Saya inget kata-kata bagus yang saya dapet waktu sma, entah dari mana.

"Detik berjalan, waktu terlewat, terus bergerak, tapi ia tak akan pernah berputar balik" _anonim-

Hhhh....
I'll miss those moments, cal

"Ini berat, beraaaatt sekali cal, untuk jauh dari kamu. I desperately need you right here next to me. Tapi aku bisa apa? Ini jalan yang harus kita lewati dulu untuk nantinya bisa terus bareng-bareng, iya kan? Aku takut sendirian cal. Aku ngga tau gimana nahan kangennya. Aku ngga tau gimana ngapa2in sendirian setelah setaun apa2 selalu ditemenin, dibantuin. Tapi kita akan bertahan, iya kan? Kita pasti bisa! Harus bisa!!! Yeah!! Kita akan bikin lebiiiiihh banyak foto2 dan momen2 indah bareng-bareng... Aku percaya kamu, aku percaya kamu akan jaga hati kamu untuk aku, dan aku percaya 4wl akan jagain kamu untuk aku."

Seorang teman yang akrab disapa Omie, pemilik blog www.kutangitemsexy.blogspot.com pernah bilang, kalau prasangka adalah doa. Maka berprasangka baiklah. Well, tx mie supportnya... :)

Yang membuat saya paling sedih adalah, saya masih cengeng. Saya adalah manusia cengeng. Dan sekarang saya benar-benar harus menghandle sendirian. Karena pacal ngga mau denger saya nangis, untuk alasan apapun. Padahal terkadang, cuma suaranya yang bisa membuat saya berhenti nangis. Bujukan sederhana yang menenangkan darinya. Tapi sekarang ngga akan ada lagi. Saat nangis, saya sendirian. Huufff..... Siap-siap sering sendirian kalo gitu...hehehhe

Ngapain nangis sih delena?
Nangisin apa sih delena?

Entahlah....
Untuk beberapa hal, emosi saya melekat erat dengan kelenjar air mata. Sial.

Love,

Delenagadis

Saturday, June 19, 2010

Gombalnya pacal di malam minggu....

Malam minggu kedua setelah pacal training d BNI, saya masih belum tenang, masih resah, masih sering cemburu. Saya masih takut dia akan terbawa jauh ke dunia barunya, lalu lupa pada saya.

Lalu saya tanya sama pacal, ini maksudnya untuk meyakinkan diri bahwa dia memang tidak akan main main di belakang saya, bahwa dia memang serius dengan rencana kami untuk menikah tahun depan.

"Cal, kasih aku satu alasan.....dari sekian banyak perempuan yang ada di hidup kamu, kenapa akhirnya kamu milih aku untuk jadi istri kamu?"

Dia diam, dan saya melanjutkan, "kamu tau penyakit minderan aku cal, aku ngga pede! Secara fisik aku ngerasa ngga cukup oke untuk ada di samping kamu. Walaupun unphysically aku yakin, cuma aku yang bisa bikin kamu paling nyaman. Tapiiii....kamu lakilaki normal kan cal? Mana mungkin kamu ngga tertarik sama cewe cantik? ........... Kasih aku satu alasan, yang buat aku yakin kamu ngga akan pergi, yang bisa bikin aku yakin untuk ngga perlu khawatir atau cemburu..."

Pacal diam, lalu dia senyumsenyum jail sambil memainkan anak rambut di pelipis saya, "Hati aku yang milih kamu beb. Kamu tau Jack Sparrow?"

Saya mengangguk sambil kebingungan, ngga menangkap arah pembicaraannya. Pacal melanjutkan, "Dia punya kompas unik yang bisa nunjukin arah yang paling diinginkan si pemegang kompas kan? Nah, hati yuman kayak gitu. Kalau hati ini adalah kompasnya Jack Sparrow, jarumnya nunjuk ke kamu. Selalu"

Dan rasanya saya ngga perlu ragu lagi. Saya tinggal berpasrah diri, menyerahkan segalanya pada 4wl, untuk menjaganya, menjaga hatinya untuk saya, sampai kami terikat resmi, sampai dia sah milik saya seutuhnya, dan sebaliknya... :)

Love,

Delenagadis

Friday, June 18, 2010

Gimana bisa siap??

Padahal udah pamitan sama pacal, mau tidur...
Padahal udah bilang met malem met tidur...
Taunya malah ngga bisa tidur sama sekali, kepikiran apa yang selama ini berusaha saya abaikan...

Awalnya, tadi siang mamah nanya sama saya di sela obrolan santai, "teh, kalo ternyata yuman harus keluar kota, teteh gimana?"

Si mamah bertanya dengan santai, dan saya menjawab dengan santai pula,  "yaaaa....mau gimana lagi mah? Harus di jalanin lah mau ngga mau. Da teteh ngga mau keilangan dia cuma gara2 harus jauhan. Cemen banget kan mah kalo harus bermasalah gara-gara itu?..."

Lalu mamah nanya lagi, "terus rencana kalian gimana?"

Saya jawab, "yaaa...kalo beneran teteh jadi di BRI, ada ikatan dinas setaun...brarti setaun misah2 dulu, ntar baru teteh ikut yuman mah. Kalo ternyata ngga jadi sama BRI, brarti nunggu sampe situasi stabil dan memungkinkan buat nikah"

Si mamah terdiam, meragukan jawaban saya, maka saya pun melanjutkan, "yaaa...da gimana mah, memang harus gini, ngga lama lah setaun mah. Jalanin aja dulu, taun depan teteh udah bisa bareng2 terus kan sama yuman"

Si mamah senyum, lalu mengusap-usap kepala saya, "iya, kamu nya sabar. Kalian harus bisa saling jaga, dimanapun itu. Mamah harap cepet ada rejeki dan jalan untuk teteh sama yuman"

Dalam hati saya mengamini seamin-aminnya (maksudnya mengamini sepenuh hati gitu .... ;p)

Lalu baru saja, saya baca status FB seorang temannya pacal yang isinya: pacar, ayo kita nikmati malam minggu besok, barangkali besok malam minggu terakhir saya di bandung....

Lalu saya tercenung...lamaaaa sekali. Berusaha mengalihkan pikiran, menyibukkan diri, berusaha ngga terlalu memikirkan ini. Tapi pas mau tidur, hati dan kepala justru berbincang tentang ini. Dan saya pun terjaga. Ternyata saya belom siap.

I'm sure, we'll left our problems far behind. But i still have just one more question in my mind. No, actually there's more than just one.

Siapkah saya?
Lalu kalau siap, akan bagaimana jadinya?
Lalu kalau tidak siap, akan bagaimana jadinya?
Akan seperti apa kota ini tanpa pacal?
Bagaimana dia pergi nanti? Pakai bus? Travel? Kereta?
Harus bagaimana ketika mengantarnya nanti?
Boleh ngga saya peluk dia terakhir kali nanti? Di depan umum? Seperti di film2?
Gimana kalau saya kangen?
Gimana kalau saya mau nemplok?
Kapan saya bisa jadi cicak lagi?
Siapa yang akan denger setiap ocehan saya?
Siapa yang nemenin nonton? Makan? Jalanjalan?
Dan ratusan pertanyaan lain

Ini semua tentang saya, keegoisan saya. Saya ngga memikirkan pacal. Dia, buat saya adalah sosok sangat tangguh dan bisa diandalkan, buat dia sendiri ataupun orang lain. Dimanapun dia berada, saya yakin dia bisa jaga diri, bisa membuat dirinya nyaman. Yang saya khawatirkan adalah saya sendiri. Gimana jadinya saya tanpa pacal disini? Setelah setaun selalu ada dia, setelah setaun dimanja ditemani, diurus, dilayani, diladeni, dituntun.

Jadi saya harus gimana? Sesungguhnya saya betulbetul ngga siap jauh dari pacal. Saya manja memang. Ngga semua perempuan akan mentolerir tulisan ini. Beberapa orang akan mencibir pasti, yang lain mungkin merasa senasib. Buat yang nyinyir, saya ngga setegar kalian. Maaf. Untuk ini saya susah untuk membaja, saya memang manja, saya memang sangat butuh dia di samping saya, dekat dengan saya.

Lalu saya harus bagaimana?
Karena saya ngga siap, ngga berarti saya akan mundur dan melepaskan diri dari pacal. Jangan harap. Itu hanya akan menjadikan saya lebih buruk lagi.

Jadi gimana?
Well, mau gimana lagi? Saya akan duduk manis menanti setiap kepulangan pacal. Berusaha keras untuk ngga rewel, mengendalikan cemburu, curiga, khawatir, penasaran, dan ketakutan2 lain yang ngga beralasan.

Sekarang, saya belum siap ditinggal pacal. Sangat ngga siap.
Entah gimana saya akan menjalani itu nanti, belum terbayang
Entah seperti apa hari hari nanti, belum berani membayangkan

Malam ini, saya cuma bisa berdoa

Ya allah, sayangi aku, sayangi pacal. Dekatkan kami, jangan jauhkan dia dariku ya 4wl. Mudah-mudahan ini bukan minggu terakhir pacal di bandung. Mudah-mudahan aku dan dia akan tetap ada di bawah atap kota yang sama
Jika memang dia harus jauh ya 4wl, limpahkan rejeki-Mu pada kami, agar aku bisa mencintainya sepenuh hati dengan cara yang halal, dengan cara-Mu, dijalan-Mu
Jika memang kami harus berjauhan, kuatkan kami ya 4wl, jaga dia untukku, jaga hatinya untukku.
Amin


Love,

DelenaGadis

Friday, June 11, 2010

Boys Stuff

Saya mau cerita sedikit tentang salah satu kebiasaan kaum cowok, yang buat mereka sepele, tapi seringkali jadi blunder buat si cowok. Mereka melakukannya dengan santai, sebagai perempuan saya mau bilang, agak ngga berperasaan. Sementara si cewek udah mau mati rasanya (ini lebay, tapi emang kadang gini kenyataannya)

Well, jadi gini, kemaren sore waktu saya maen ke kost-nya pacal, saya ketemu temen barunya pacal. Kita sebut aja namanya Ocan. Well, disela obrolan singkat saya, pacal, dan Ocan, tiba-tiba ponsel Ocan berdering. Saya sendiri ngga melihat siapa yang menelepon, yang saya tau Ocan langsung me-reject panggilan itu. Lalu dengan ekspresi 'sedikit' bersalah (catet ya, sedikiiiit...) dia menatap saya dan pacal sambil nyengir dan berkata, "maleeesss gue, masih capek!". Dugaan saya, yang menelepon adalah pacar Ocan yang sekarang berjauhan. Mereka menjalani LDR (Long Distance Relationship), karena Ocan harus bekerja di Bandung.

Kejadian singkat dan sederhana ini membuat saya banyak berpikir. Ini banyak di alami perempuan-perempuan di sekeliling saya. Kebanyakan mungkin yang sedikit banyak memiliki personality seperti saya (baca: sering khawatir, takut ini itu, cemburu, penasaran, kangen, dll). 
Cowok-cowok, mungkin iya mereka masih kecapekan abis seharian di bombardir aktivitas pekerjaan, mungkin iya masih pengen santai-santai leyeh-leyeh sendirian. Tapi buat saya, tindakan Ocan itu sungguh menyakitkan. Berhubung saya seorang yang cengeng, kalau saya menelepon pacal dan di reject, yang ada di kepala saya adalah: pacal marah sama saya, dan saya langsung merasa bersalah, berpikir-pikir apa kesalahan saya yang membuatnya marah. Atau pacal udah males ngomong ama saya, dan akhirnya muncul kecurigaan-kecurigaan lain yang lebih parah, ujung-ujungnya nangis bombay. Niat telepon singkat yang cuma pengen tanya, "how's ur day dear?", malah berbuntut pertengkaran, air mata, bla bla bla. Cape deh...

Entah ya, selama ini pacal belum pernah seperti itu sama saya. Kalau sedang tidak sibuk, dan memang tidak mungkin mengangkat telepon, saya tidak pernah susah menghubungi pacal. Selelah apapun dia, dia akan meladeni cerita-cerita saya, kecerewetan saya. Kalau sedang sangat lelah, paling dia menanggapi dalam diam, atau jawaban pendek-pendek. Kalau sudah begitu, saya pun akan sadar dengan sendirinya dan menyudahi pembicaraan dan membiarkannya beristirahat.
Pacal tidak pernah me-reject telepon saya kecuali dia sedang sangat kesal dengan tingkah saya. Dia hanya males menerima telepon saya ketika saya sedang nangis. Dia benci sekali dengar suara saya nangis.

See?
Sebenernya cewek-cewek, menurut saya, semanja apapun masih punya pikiran kok. Kalau memang si cewek masih dalam batas normal yah, teori ini ngga berlaku buat cewek-cewek yang dasarnya psikopat (contoh? tanya sama pacal, mantan-mantannya kebanyakan psycho! hahaha... ^^v piss cal..)
Tapi tindakan me-reject dengan alasan 'masih capek' itu ngga bisa di benarkan, ini menurut saya aja sih. ya Saya hanya terbayang kalau saya ada di posisi pacarnya Ocan, pasti sakit hati banget. Orang mau perhatian kok malah di tolak? Kecuali ya kalo mereka memang punya pola seperti ini, dan sudah terbiasa dengan aksi reject me-reject ini. Saya kan ngga tau gimana pacarannya si Ocan ini. 
Saya rasa, sikap pacal menghadapi saya itu sangaaattt oke! Dia membiarkan saya mendengar sendiri suara lelahnya, dan akhirnya membuat saya sadar sendiri.

Buat cowok-cowok, pacarnya mungkin seringkali dianggap menelepon di saat yang tidak tepat, atau untuk alasan yang ngga penting. Cewek seringkali menelepon saat pacarnya pulang kerja misalnya, atau saat bangun tidur. Ini untuk apa? Kalau saya, saya menelepon pacal saat dia pulang kerja untuk memastikan dia sampai di kost-nya dengan selamat. Kalaupun ternyata pacal ngga langsung pulang, saya ngga akan larang, saya cuma perlu tau dimana dan mau kemana pacal. Wajar kan? Saya menelepon pacal saat dia pulang kerja untuk menunjukkan kalau sesungguhnya saya ingin ada disana juga, menemani dia melepas lelah, menyiapkan air untuk mandi, baju tidurnya, makan malamnya, mijit-mijitin kepala atau punggungnya. Saya ingin memastikan pacal ada dalam situasi nyaman setelah capek kerja. 
Untuk apa saya nelepon pacal pagi-pagi sebelum dia pergi kerja? Saya ingin mengingatkan dia, kalau seberat apapun harinya, saya ada untuk menyemangati dia. Saya ingin menularkan semangat pagi saya untuk dia. Saya ingin menjadi yang awal, yang pertama buat dia setiap hari. Kalau sebagai pacar, saya belum punya kapasitas untuk menyiapkan sarapannya, pakaian kerja, atau mengecup keningnya sebelum pergi, sapaan singkat di telepon juga udah cukup. 
Untuk apa saya menelepon pacal di sela-sela aktivitasnya, bilang 'kangen', atau 'sayang kamu', atau menanyakan hal-hal ngga penting seperti 'lagi apa? udah makan?"... bukaaan bukan karena menganggap pacal seperti anak kecil yang harus diingatkan ini itu. Saya yakin ngga usah diingatkan pun pacal punya mekanisme sendiri untuk itu. Bukan juga karena curiga dia sedang melakukan hal buruk atau apapun. 

Kadang saya cuma ingin memastikan, pacal menikmati harinya, menikmati pekerjaannya, dan saya ngga mau dia sakit. Kenapa? Karena saya bergantung sama pacal, sama siapa saya berlindung kalau pacal sakit? Saya sedih karena saya belum bisa merawat pacal 24 jam ketika dia sakit. 

Saya juga ingin pacal tau, sesibuk apapun saya, sesibuk apapun dia, saya masih butuh di, saya masih perlu eksistensinya. Kadang, yang perempuan butuhkan bukan message panjang berbalas-balasan kok. Dari satu pesan siang hari itu, kami cuma butuh satu balasan singkat aja. Contohnya gini, siang tadi saya sms pacal, isinya: 

I miss u so bad yuman darmansyah, jauh di atas normal....

dan pacal membalas, miss u tu beb...

Singkat, padat, ngga sampai 2 menit. Tapi itu cukup, dan saya ngga mengganggunya lagi sampai dia pulang kerja. Intinya, perempuan kadang cuma ingin sang pacar tetap hadir dalam hidupnya dia, sekecil apapun itu. Untuk semangat, untuk masih bisa senyum ditumpukkan beban.
Kalaupun pacal sedang sangat sibuk, rasanya 2 menit juga cukup kan untuk balas sms seperti itu? Atau cukup bilang, "ak lg ribet banget nih beb! kerjaan numpuk!" atau apa kek, bahasa halus ke pacar (sebagai orang yang disayangi), yang sebenernya maknanya "plis doong jangan ganggu gue duluu!!!!"... si cewek akan ngerti, pertengkaran dan sakit hati bisa dihindari. Jadinya asik kan? win-win solution buat dua pihak. 
Lebih bagus lagi kalau si cowok punya inisiatif tinggi, dan membuat ceweknya ngga banyak tanya-tanya. Tapi jarang banget deh ada model cowok kayak gini! Kecuali cowoknya pengangguran kurang kerjaan. Makanya kebanyakan si cewek yang ambil langkah duluan.

Ngga semua cewek juga kok pengen terus-terusan smsan atau teleponan berjam-jam sama pacarnya. Saya contohnya, berdasarkan pengalaman pribadi, saya juga gerah kalau harus mengabari setiap kali saya bergerak. Kalau harus smsan panjang berbalas-balasan, kalau harus teleponan sampai berjam-jam, capee deh! Yang saya perlu cuma sms-sms singkat aja, untuk menandai eksistensi masing-masing di sela kesibukan yang terpisah. Sms dari pacal itu obat kangen yang luar biasa ampuh.
Saya punya pola sendiri sama pacal yang kita mulai tanpa di sadari. Kalau saya bilang, "cal...lilipun dong!" itu artinya saya cuma minta paling ngga 10 menit waktu pacal untuk ngobrol. Kalau ternyata lebih, itupun ngga lebih dari 20 menit. Kalau udah lebih dari itu, saya juga udah capek dan bingung mau ngomong apa, akhirnya mendingan udahan.
Ini mungkin udah ngga ada korelasinya lagi dengan pacarnya Ocan ya, saya menceritakan ini semua dari sisi saya pribadi. Intinya adalah, kadang-kadang cowok suka underestimate duluan ama ceweknya. Nganggap rewel lah, ngga penting lah, manja lah, padahal kita cewek-cewek sebenernya cuma pengen mastiin kalo orang yang kita sayang dalam keadaan nyaman. 

Lain lagi kalo urusannya udah sama cemburu. hahahha...contohnya saya beberapa hari terakhir ini. Itu rewelnya beda, sms-nya beda, tujuannya untuk menelepon pun beda. Dan ini baru alasan yang tepat untuk cowok-cowok menghindari ceweknya. Tapi tidak untuk menolak atau me-reject ya. Lebih ke arah mendidik pacarnya supaya ngga manja, dan lebih percaya sama mereka. Caranya? Saya juga agak bingung sih. Tapi saya rasa, selama ini saya udah banyak dididik sama pacal untuk mengendalikan perasaan perasaan aneh-aneh itu. Jadi coba tanya dia gimana caranya! hehehe...
Kalau cuma pesan-pesan singkat dan telepon untuk menanyakan hal-hal sepele aja di tolak, untuk apa dong pacaran? Kalau ngga ingin perhatian dan mau sendiri, ya ngga usah pacaran...
Seperti yang saya bilang tadi, kita cewek-cewek juga masih punya otak untuk memahami situasi. Semanja apapun dia, kecuali udah masuk kategori Psycho-nya pacal. hahahah... Jadi, cowok-cowok kan leader, didik dong pacarnya untuk memahami situasi. Tapi jelas bukan dengan me-reject telepon seperti itu.
Buat Ocan, hehehheh...maap ya dibawa-bawa. Abisnya terinspirasi sih! hahaha.. no hard feeling dude, ini cuma sharing! ^^v


love,

delenagadis

Everything Has Changed...

Anggi told me to write it down...
so, disinilah saya sekarang, di depan laptop di tengah malam buta (gaya ya...biar lebih dramatis gitu! hahaha...), menuliskan segala kegelisahan saya...

Semua bermula dari 3 minggu lalu, ketika pacal jatuh sakit dan menjadi sangat manja! hahah... Jadi, sebelum itu pacal sibuk dengan seleksi masuk untuk pegawai tetap BNI, dan selalu kehilangan kesempatan untuk olahraga (futsal atau basket). Memang gitu deh si pacal, kalo ngga nyempetin olahraga ya langsung tumbeng. Sakitnya sih cuma 4 hari. Total 7 hari dia ngga masuk kerja ditambah dengan jadwal libur. Tapi setelah itu malah makin males masuk kerja, dan akhirnya memutuskan untuk resign. Ini langkah nekat sebenernya, karena pacal waktu itu belom dapet keputusan dari BNI. Tapi yasudah, saya walopun degdegan, menyerahkan semua sama pacal. Saya percaya dia punya alternatif.

Hampir seminggu sejak pacal resign, ketidaknyamanan saya semakin menjadi-jadi. Sudah memang sejak lama saya ngga betah, ditambah pula sekarang ngga ada penyemangat. Biasanya, penyemangat saya untuk terus bekerja adalah pacal. Dari hari ke hari, sejak login masuk, yang saya tunggu adalah waktunya saya ketemu pacal siang harinya. Kalau jadwal berdekatan, pacal akan datang nyamperin saya ke ws (work station) sambil cengar cengir lucu. Mukanya selalu seger karena baru abis mandi, rambutnya pasti masih basah. Kadang-kadang membawakan saya cemilan.
Setelah pacal resign, rasanya saya kehilangan sesuatu di kantor. Sejak masuk pertama kali, sejak hari pertama test masuk, pacal sudah masuk ke hari-hari saya. Intuisi saya sudah bilang sesuatu tentang dia, dan intuisi saya jarang keliru (Alhamdulillah). Hari pertama saya melihat dia, bahkan sebelum saya kenal dan tau namanya, saya tau akan ada sesuatu yang besar tentang dia. Entah berkaitan dengan saya, entah tidak. Ternyata memang ada, dan berkaitan dengan saya. Entah karena rasa penasaran dan ditarik intuisi tadi, saya mulai mencari tau tentang dia. Sampai akhirnya kami menemukan jalan untuk benar-benar bersama. Padahal saya dan pacal bertemu dalam situasi yang sangat ngga memungkinkan untuk jalan bareng. Dan walopun sudah sama-sama tau perasaan masing-masing, kita ngga pernah ngoyo untuk memaksakan diri. Kami menunggu, sampai ada jalan untuk bersama. Dan ternyata memang ada jalan.
Sejak hari pertama itu, sampai seterusnya, saya terbiasa melihat nama pacal dimana-mana. Di semua aplikasi internal yang ada, saya terbiasa mengisi timesheet bulanannya, mencatat jadwalnya. Setahun lebih. Jadi ketika tiba-tiba namanya hilang, dan tidak ada lagi jadwal yang harus saya catat, tidak ada timesheet yang harus saya isi, tidak ada lagi yang akan datang cengar cengir mengganggu saya online. Rasanya sepi. Sangat sepi. Semakin tidak betah lah saya disana.

Seminggu setelah pacal resign, akhirnya dia mendapat panggilan untuk sign kontrak kerja dengan BNI. Dia menerima panggilan itu dirumah saya, di hadapan bapa dan mamah. Bisa saya rasakan kebanggaannya, membuktikan bahwa dia bisa. Dan kebanggaan mamah dan bapa juga, sejak itu mereka yakin telah menyerahkan anak perempuan pertamanya pada laki-laki yang tepat, yang bisa di andalkan.
Hari jumat tanggal 5 Juni 2010, pacal sign kontrak dengan BNI. Dan saya, entah dapat keberanian darimana, memutuskan untuk resign dari Infomedia. Hari itu juga saya urus pengunduran diri saya setelah sebelumnya diskusi panjang dengan bapa. Setelah dealing dengan pihak outsource, saya pun resmi mengundurkan diri. Huff...lega. Kelegaan yang susah dijelaskan. Bercampur aduk juga dengan cemas karena ini tindakan nekat juga. Sama seperti kondisi pacal ketika resign, saya juga belum mendapat kepastian dari pihak BRI. Belum tentu saya diterima bekerja disana, tapi saya sudah ngga tahan. Daripada keburu sakit jiwa disana, saya lebih baik melangkah mundur untuk nantinya maju. Saya optimis dengan hasil interview terakhir di Kanwil BRI. Mudah2an segera ada follow up dr mereka.

Dan ternyata jadi pengangguran itu tidak mudah. Sangat ngga mudah.

Ketika saya menginjakkan kaki di dunia pengangguran, pacal malah sibuk dengan kegiatan training di kantor barunya, dengan jadwal yang sangat padat. Rasanya campur-campur. Senang karena pacal akhirnya dapet kerjaan bagus. Bangga karena keberhasilannya. Lega karena saya sudah bisa yakin dengan masa depan kami. Tapi juga cemburu, ketakutan, khawatir, dan tersisih. Saya melihat pacal enjoy sekali di dunia barunya, dengan teman-temannya, dan saya cemburu. Dunia baru pacal dan saya ngga ada disana. Rasanya seperti tersisih, saya takut dia lupa sama saya. Atau kekhawatiran-kekhawatiran (yang menurut pacal sangat ngga penting dan konyol) seperti gimana kalau dia bertemu perempuan lain dan berpaling dari saya? Dan macam-macam lagi. Berhari-hari (tepatnya 4 hari sejak pacal mulai training), saya uring-uringan ngga jelas. Seringkali sedih amat sangat hingga nangis tiba-tiba. Merasa sangat kehilangan pacal. Saya terbiasa berada di dunia yang sama dengan pacal, di lingkungan yang sama, teman-teman yang sama, membicarakan topik yang sama, pekerjaan yang sama. Ketika sekarang saya jadi makhluk asing di dunianya, ada perasaan tersisih dan ngga terima. Konyol memang, tapi ini yang saya rasakan.

Kesadaran pertama muncul ketika saya curhat tentang perasaan ini ke Teh Anti. Dan kalimat pertamanya, cukup untuk membuat saya tertegun. Ketika saya selesai cerita panjang lebar tentang kegelisahaan dan perasaan tersisih ini, teh anti bilang: "kamu kok kelakuannya jadi kayak si mantan waktu kamu baru dapet kerja sih?"
Lama saya terdiam, saya ingat Agung dan sikapnya yang membuat saya jengah, gerah. Awal permasalahan yang membuat saya meninggalkan dia. Damn, seperti itukah saya?
Apakah ini juga membuat pacal gerah?

Apakah ini juga membuat pacal jengah?

Yang pasti, saya ingin membuat pacal tetap nyaman bersama saya. Dan saya harus membantu dia melewati proses adaptasinya di tempat baru. Dengan beban baru, tugas baru, jadwal yang padat, tentunya ngga udah untuk siapapun. Yang bisa saya lakukan untuk membantu pacal adalah dengan menjaga pikiran dan perasaannya tetap tenang. Artinya saya ngga boleh rewel.
Dan saya pun berusaha keras untuk mengendalikan rasa takut, khawatir, cemburu, penasaran, dan lain-lain. Berusaha mengalihkan perhatian saya ke yang lain, dan khususnya menulis. Berusaha untuk menyibukkan diri dengan aktivitas apapun, untuk mempercepat hari, membuat hari minggu datang lebih cepat. Saya ingin segera bertemu pacal. Tapi susah. Sangat susah. Saya ngga terbiasa berjauhan dengan pacal, susah menghubungi pacal, jarang ketemu. Saya terbiasa ada dia dimana-mana setiap hari.
Dan pacal membuat saya menjadi sangat manja, sangat bergantung sama dia. Pacal adalah tipe laki-laki yang senang memanjakan pacarnya, buat dia perempuan itu sudah kodratnya harus di bantu, di temani, di manjakan, dan lain lain dan sebagainya dan seterusnya. Saya tidak lagi semandiri dulu.

Yang membuat semakin tertekan adalah ketika pelarian saya satu-satunya ternyata gagal. Sejak dulu, saya terbiasa menuangkan rasa dengan menulis. Apa jadinya ketika menulis pun saya ngga sanggup??? Stress. Saya pun cerita sama Anggi, salah satu temen SD yang saya percaya soal tulis menulis. Dia bilang, "just write it down Del!", tapi saya sudah coba, ngga bisa. Banyak yang mau saya tulis, tapi ngga tau harus mulai darimana. Anggi bilang lagi, "ngga usah pengen bagus, tulis aja semua!" saya terdiam....lalu Anggi bertanya, "kamu lagi under pressure ya?"
Pertanyaan ini membuat saya berpikir banyak. Sedang tertekankah saya? Mungkin karena ngga ada kegiatan, pengangguran, dan saya ngga terbiasa ngga sibuk seperti ini. Belum lagi tuntutan bahwa saya harus bekerja, jadi dag dig dug menunggu pengumuman BRI itu berlipat-lipat. atau mungkin saya yang menekan diri saya sendiri? Tentang menulis misalnya, saya memaksakan diri untuk membuat tulisan saya terlihat bagus. Dan akhirnya malah ngga bisa nulis apa-apa.

Sore tadi, saya memaksa untuk ketemu pacal. Saya kangen sekali sama dia, walaupun cuma sebentar, saya pengen ketemu pacal. Pacal sudah melarang saya pulang malam, dia khawatir, bahkan memaksakan diri untuk datang kerumah saya. Saya tau pacal pasti capek, jadi mendingan saya yang ke kostannya. Toh seharian ini memang saya ngga kemana-mana. Saya bawakan dia makan malam, hasil masakan hari ini. Seneng banget ngelihat dia makan lahap, dan katanya enak ;)
Ketemu pacal, walau cuma sebentar, ngobrol-ngobrol cuma satu jam, berhasil me-recharge energi saya sampai besok besok, sampai hari minggu. Tapi dari sini kesadaran lain muncul. Saya ngga pernah melihat pacal selelah ini sebelumnya. Dia ngga fokus ngobrol sama saya, kepalanya penuh dengan hal lain. Lalu di perjalanan pulang, saya merenung. Ternyata saya membuat pacal semakin lelah dengan kerewelan saya. Setelah beban yang harus dia tanggung (besok dia ujian pertama, bahan hapalannya sangat banyak dan kelihatan rumit, dan harus mengumpulkan berkas2 yang banyak banget...), dia harus menghadapi saya yang rewel karena kangen, bebannya ditambah dengan kekhawatiran karena saya pulang malam sendirian.

Saya pun di sergap rasa bersalah yang amat sangat, juga malu. Disaat pacal sedang merintis masa depan kami, saya malah mengganggunya dengan ke-childish-an ngga penting ini. Dan dari situ saya berjanji akan berusaha lebih keras untuk ngga lagi mengganggu pacal dengan remeh temeh ini. Saya ngga akan lagi menambah bebannya, membuat dia semakin pusing dan lelah. Saya ngga mau pacal malah jengah dengan sikap saya. Saya ingin dia tetap nyaman bersama saya. Karena saya rasa, cuma itu yang bisa saya lakukan untuk mempertahankan pacal di sisi saya. Membuatnya tetap nyaman. Dia akan pergi kalau saya terus-terusan rewel seperti ini. And that is the worst thing that can happen to me.

Hhh...mungkin ini aneh buat sebagian orang. Tapi inilah saya. Saya adalah seorang yang menginginkan pacal saya selalu ada di sekeliling saya, di dunia yang sama dengan saya. Karena saya cemburuan, dan paranoid. Infomedia adalah sebuah comfort zone untuk hubungan saya dan pacal. Tapi kami ngga akan beranjak kemana-mana kalau tetap di comfort zone itu.
Demi masa depan, saya dan pacal pun keluar dari sana, dari comfort zone kami.  Resikonya? Ya seperti ini, saya harus menghadapi dan merelakan pacal ada di dunia yang berbeda dengan saya, bahkan kemungkinan akan menjalani LDR (Long Distance Relationship) jika pacal ditempatkan di luar kota. Sejujurnya, saya takut sekali menghadapi ini. Ngga terbayang jika saya dan pacal berjauhan sejauh itu. Entah bagaimana saya akan menjalaninya, tapi toh harus di jalani kan?

Akhirnya saya bisa menulis juga. Artinya saya sudah bisa melepaskan diri dari tekanan yang saya buat sendiri. Ini langkah awal yang bagus. Mudah2an proses adaptasi saya untuk situasi ini akan lebih mudah kedepannya.

Everything has changed

Hubungan saya dan pacal jelas akan sangat berubah, ngga senyaman dulu. Waktu dia buat saya ngga sebanyak dulu. Adaptasinya untuk saya pun ngga gampang, tapi saya akan coba. Mulai sekarang, kalaupun saya masih kesulitan, rasanya pacal ngga perlu tau. I'll handle it by my self. Yang harus saya pastikan adalah, pacal tetap nyaman bersama saya, dan saya tidak menambah beban pikirannya dengan kemanjaan saya.


Love,

Del_gadis