someone told me this morning,
"jangan dulu gantiin posisi aku di hati kamu..."
lantas saya menjawab,
"memang kamu tak kan terganti..."
Ini bukan gombalisme sodara-sodara. Ini bukan cuap-cuap semata. Memang itulah yang ingin saya katakan, memang seperti itulah pandangan saya tentang hati.
Buat saya, hati bukanlah bola lampu, yang kalau pijarnya sudah padam, lantas bisa kita ganti sesuka hati dengan yang baru, yang pijarnya lebih terang. Tidak. Jelas hati saya tidak seperti itu.
Hati saya juga bukan seperti baju bekas pakai. Yang kalau sudah kotor, bisa saya copot, lantas dilempar ke keranjang cucian. Nanti saya bilas bersih-bersih, kalau sudah bersih, wangi, baru bisa saya pakai lagi. Lama-lama si baju akan semakin usang, kotorannya pun semakin sulit dikucek, bajunya akan saya buang atau saya sumbangkan ke panti. Bukan. Jelas hati saya bukan itu.
Hati saya dan seisinya, kalau di umpakan, barangkali terpecah menjadi ribuan keping memory yang tersimpan. Memory ini muncul dari setiap detik yang saya lewati, setiap desah nafas, tentang hal-hal yang saya lihat, kejadian yang saya alami, orang-orang yang datang dan pergi.
"Setiap detik yang terlewat, banyak orang datang. Mereka singgah sejenak dan meninggalkan jejak. Lalu saya tak pernah lagi sama seperti sebelumnya"
Iya, ribuan keping memory itulah yang membentuk diri saya. Ribuan keping yang masuk menyusup dari setiap detik dalam hidup saya. Ribuan keping ini terpecah menjadi berbagai ukuran. Sebagian besar mungkin tak lebih dari serpihan. Sebagian lagi lebih besar dari yang lain. Tergantung seberapa besar memory itu mempengaruhi hidup saya, atau seberapa sering ia muncul. Serpih-serpih ini akan selalu ada, sampai kapanpun melayang menyesaki sudut-sudut hati saya.
Kalau kaitannya dengan orang-orang yang datang dan pergi dalam hidup saya, sekecil apapun serpihannya, tak pernah ada yang terganti. Tak satupun. Saya rasa hati saya adalah sebuah ruang tanpa dimensi, dengan ukuran tak terbatas. Tak ada yang bisa keluar dari sana, tapi jelas bertambah banyak dari waktu ke waktu. Tentang mereka-mereka yang pernah mengisi ruang hati ini, mereka yang mengajari saya tentang cinta, tentang menenggang rasa, tentang rasa, tentang berbagi, tentang hubungan anak manusia, seperti adam dan hawa. Mereka yang membuat saya tersungkur di dunia makhluk-makhluk berkromosom x. Jati, BeruangKutub, 'Caya. Serpih-serpih memory tentang kalian akan selalu ada. Memang tak kan pernah bisa terganti, dan selalu punya tempat sendiri. ^_^
Kok bisa gitu ya? Ya iyalah. Bayangkan, kalau saya harus menggantikan posisi orang-orang yang pernah ada lebih dulu, dengan mereka yang baru datang. Saya tak pernah merasakan hal yang persis sama pada dua individu. Sama seperti tak ada dua atom yang persis serupa di dunia ini. Iya, tak pernah ada sedetik pun yang saya lewatkan, sama seperti detik sebelumnya atau sesudahnya. Agak susah menjelaskan ini, saya kurang pandai mengungkap rasa. Intinya, bagaimana mungkin saya bisa menggantikan serpihan memory di hati saya?? Itu mustahil. Rasa sayang, iba, senang, nyaman, marah, bahkan benci yang saya rasakan, tak pernah saya rasa sama pada dua individu. Setiap orang, setiap memory, punya porsinya sendiri.
Tentang mereka yang baru datang. Ya, banyak yang datang, tinggal cukup lama, kini hadir nyaris setiap waktu, dan mengukir jejaknya sendiri. Ada yang kemudian pergi, beberapa tidak. Sebagian besar hanya berupa kepingan mungil, yang lain bahkan serpihannya nyaris tak terlihat. Beberapa cukup besar, dan diantaranya ada yang paling besar. Iya, saya akui, si kuya ngora itu, memang mengukir serpihan yang cukup besar. Hampir sama seperti tiga sebelumnya.
Hati saya, luas tak terbatas
Love,
del-gds
"jangan dulu gantiin posisi aku di hati kamu..."
lantas saya menjawab,
"memang kamu tak kan terganti..."
Ini bukan gombalisme sodara-sodara. Ini bukan cuap-cuap semata. Memang itulah yang ingin saya katakan, memang seperti itulah pandangan saya tentang hati.
Buat saya, hati bukanlah bola lampu, yang kalau pijarnya sudah padam, lantas bisa kita ganti sesuka hati dengan yang baru, yang pijarnya lebih terang. Tidak. Jelas hati saya tidak seperti itu.
Hati saya juga bukan seperti baju bekas pakai. Yang kalau sudah kotor, bisa saya copot, lantas dilempar ke keranjang cucian. Nanti saya bilas bersih-bersih, kalau sudah bersih, wangi, baru bisa saya pakai lagi. Lama-lama si baju akan semakin usang, kotorannya pun semakin sulit dikucek, bajunya akan saya buang atau saya sumbangkan ke panti. Bukan. Jelas hati saya bukan itu.
Hati saya dan seisinya, kalau di umpakan, barangkali terpecah menjadi ribuan keping memory yang tersimpan. Memory ini muncul dari setiap detik yang saya lewati, setiap desah nafas, tentang hal-hal yang saya lihat, kejadian yang saya alami, orang-orang yang datang dan pergi.
"Setiap detik yang terlewat, banyak orang datang. Mereka singgah sejenak dan meninggalkan jejak. Lalu saya tak pernah lagi sama seperti sebelumnya"
Iya, ribuan keping memory itulah yang membentuk diri saya. Ribuan keping yang masuk menyusup dari setiap detik dalam hidup saya. Ribuan keping ini terpecah menjadi berbagai ukuran. Sebagian besar mungkin tak lebih dari serpihan. Sebagian lagi lebih besar dari yang lain. Tergantung seberapa besar memory itu mempengaruhi hidup saya, atau seberapa sering ia muncul. Serpih-serpih ini akan selalu ada, sampai kapanpun melayang menyesaki sudut-sudut hati saya.
Kalau kaitannya dengan orang-orang yang datang dan pergi dalam hidup saya, sekecil apapun serpihannya, tak pernah ada yang terganti. Tak satupun. Saya rasa hati saya adalah sebuah ruang tanpa dimensi, dengan ukuran tak terbatas. Tak ada yang bisa keluar dari sana, tapi jelas bertambah banyak dari waktu ke waktu. Tentang mereka-mereka yang pernah mengisi ruang hati ini, mereka yang mengajari saya tentang cinta, tentang menenggang rasa, tentang rasa, tentang berbagi, tentang hubungan anak manusia, seperti adam dan hawa. Mereka yang membuat saya tersungkur di dunia makhluk-makhluk berkromosom x. Jati, BeruangKutub, 'Caya. Serpih-serpih memory tentang kalian akan selalu ada. Memang tak kan pernah bisa terganti, dan selalu punya tempat sendiri. ^_^
Kok bisa gitu ya? Ya iyalah. Bayangkan, kalau saya harus menggantikan posisi orang-orang yang pernah ada lebih dulu, dengan mereka yang baru datang. Saya tak pernah merasakan hal yang persis sama pada dua individu. Sama seperti tak ada dua atom yang persis serupa di dunia ini. Iya, tak pernah ada sedetik pun yang saya lewatkan, sama seperti detik sebelumnya atau sesudahnya. Agak susah menjelaskan ini, saya kurang pandai mengungkap rasa. Intinya, bagaimana mungkin saya bisa menggantikan serpihan memory di hati saya?? Itu mustahil. Rasa sayang, iba, senang, nyaman, marah, bahkan benci yang saya rasakan, tak pernah saya rasa sama pada dua individu. Setiap orang, setiap memory, punya porsinya sendiri.
Tentang mereka yang baru datang. Ya, banyak yang datang, tinggal cukup lama, kini hadir nyaris setiap waktu, dan mengukir jejaknya sendiri. Ada yang kemudian pergi, beberapa tidak. Sebagian besar hanya berupa kepingan mungil, yang lain bahkan serpihannya nyaris tak terlihat. Beberapa cukup besar, dan diantaranya ada yang paling besar. Iya, saya akui, si kuya ngora itu, memang mengukir serpihan yang cukup besar. Hampir sama seperti tiga sebelumnya.
Hati saya, luas tak terbatas
Love,
del-gds