Wednesday, April 28, 2010

Sudah sejauh mana. . . .

Hello there,

Udah lama banget ya ngga wara wiri di dunia per-blogging-an, padahal ngga sibuk-sibuk amat juga sih. Sibuk menata hati, menata otak, menata hidup, belajar berdamai dengan kenyataan. 

Saya sangat ingin berhenti mengeluh. Saya sangat ingin berhenti bertanya "Why this happen to me? Why me?" . . .itu melelahkan. Saya lebih suka berpikir, mungkin inilah yang dinamakan karma. Mungkin kenakalan - kenakalan (it's plural. . .damn!) masa muda saya yang membuat saya harus melalui ini. Harus melewati proses belajar yang ngga selesai-selesai, yang menguras hati. Mungkin ini hukuman dari-Nya? karena saya bandel? Well. . .it was happened. Udah ngga bisa komplain, udah ngga bisa protes. Cuma bisa menjalani.

Jadi, apa kabar Delena????
Baik, sebaik yang bisa saya dapat. Saya masih mengejar mimpi bareng pacal. Mengejar ini dan itu, yang kadang buat saya rasanya ngga mungkin, terlalu jauh, dan banyak lagi suara-suara pesimis. Tapi eksistensi pacal menguatkan saya, setidaknya dia membakar keinginan saya untuk berjuang lebih keras. Saya melihat dia yang berusaha juga, untuk dia, keluarganya, saya, dan kami. Kalau pacal yakin, kenapa saya ngga?

" Hmmm...apa sih yang sebenernya kita kejar cal? Diluar perkara materi, aku siap kok! Insyallah aku siap jadi istri kamu. Memang, aku masih harus banyak belajar untuk berdamai dengan seorang Yuman Darmansyah. Tapi, rasanya ngga usah buru-buru kan? aku punya waktu seumur hidup untuk berdamai dengan 1001 Yuman Darmansyah..."

Mamah dan bapa, sejak dulu protektif sama anak-anaknya. Saya yakin, ke-protektif-an itu ngga akan pernah berhenti. Saya ingin mereka melepas saya dengan tenang, saya ingin mereka yakin bahwa pacal akan menjaga saya dengan baik, membahagiakan saya. 
Di satu sisi, saya tau pacal udah berhasil meraih hati mereka, kepercayaan mereka. Kedewasaan, sopan santun, ramahnya pacal, humorisnya, kesundaannya, jelas terlihat dan membuat mereka yakin kalo pacal bukan cuma sayang sama saya, tapi juga sama adik2, mamah, dan bapa. 
Di sisi lain, saya tau mereka masih khawatir. Secara finansial, saya dan pacal memang udah bisa mandiri, tp belum stabil. 

Sejauh ini kan sudah mandiri ya? sudah bisa bantu ini itu sedikit-sedikit.  Apa yang sekarang saya dan pacal punya, memang cukup untuk menyenangkan masing-masing kami. Saya merasa sedikit banyak udah berkontribusi dalam kelangsungan keluarga kecil saya yang agak morat marit. Pacal juga sama, sedikit banyak udah bisa membanggakan untuk ibu dan adik-adiknya. Saya tahu, kami memang belum menghasilkan banyak, tapi paling tidak sudah ada.

Jadi apa yang kami cari? apa yang kami kejar? 
Well, money talks dear! 
Kami mencari kemandirian sekecil apapun itu

Untuk berumah tangga? well, bukankah akan lebih banyak lagi kebutuhan? Karena saya ngga mau bergantung lagi sama mamah dan bapa. Belum lagi, tugas pacal sebagai kakak juga belum bisa di sudahi, masih akan terus berlanjut. Saya ngga bisa dan ngga mau itu dihentikan. 
Pekerjaan ada isu utama saat ini. Pekerjaan saya dan pacal sekarang memang menawarkan gaji bulanan yang menjanjikan. Untuk ukuran kota Bandung, nilainya sudah terbilang besar. Walaupun tetap ngga sebanding dengan resiko dan tekanannya. Belom lagi sekarang kami di cekik dua perusahaan OS, dan bayang-bayang kontrak per 6 bulan. Harus segera mencari yang lebih baik dan prospektif. Sering terpikir untuk mencoba meninggalkan meja kerja, terjun ke dunia bisnis. Tapi kami bukan risk taker. Dan sama sekali ngga ada back up yang akan menopang jika terjadi sesuatu. Kami belum siap untuk itu. Terlalu dini. Jadi, satu-satunya pilihan adalah menawarkan keahlian yang kami punya ke perusahaan lain. 
Tempat tinggal adalah isu kedua. Syarat utama untuk bisa menikah adalah punya tempat tinggal dulu. Karena memang ngga memungkinkan untuk nebeng sama orang tua. Hahahaha... Dan memang ngga pernah terlintas di pikiran saya untuk berumah tangga di bawah atap orang tua. Duuhh..
Punya rumah sendiri juga tentunya kan ngga gampang. Kami harus mencari yang 'pas', dari segi lokasi, lingkungan, dan harga tentunya. Terus lagi, gimana cara ngisinya? sedikit-sedikit kan harus ada perlengkapan yang mana belinya juga ngga bisa pake daun kan ya?? Belum lagi tetek bengek biaya listrik, air, iuran sampah, keamanan, bla bla bla. 

Iya kan? Iya kan? Iya kaaaann????

Jadi memang ketidaksiapan saya adalah dari segi finansial. Bukan saya ngga percaya sama pacal. Saya yakin, sesulit apapun, dia akan berusaha keras membahagiakan saya, memenuhi keinginan saya. Saya juga ngga minta muluk-muluk. Kemampanan itu akan kami capai bersama, seiring waktu berjalan. Yang saya mau sekarang cuma sedikit celah kemandirian dan kemapanan, setidaknya untuk meyakinkan bapa dan mamah, menenangkan mereka, dan membuat mereka percaya bahwa mereka telah menyerahkan saya pada orang yang tepat.

Tentang tuntutan bapa ke pacal, yang katanya pengen anaknya di lamar tahun ini. Duuuhh... saya yakin, itu lebih karena kekhawatiran dia. Khawatir kami melangkahi batas, khawatir terjadi sesuatu yang akhirnya menyakitkan saya (baca: putus), mungkin khawatir kehilangan calon mantu kayak pacal! hahahaha... 
tuntutan ini membuat saya dan pacal tercambuk untuk semakin berjuang. Lepas dari keinginan saya yang memang udah ngga sabar ngurus pacal 24 jam, menjadikan saya miliknya dia seutuh-utuhnya, kami berjuang untuk memenuhi keinginan bapa, melepaskan kekhawatirannya. 
Jadi, saya terus berdoa dan berjuang. Mudah2an memang ada waktu untuk saya dan pacal, mudah2an ada rejeki untuk kami berdua. Amiiinn...

With a bunch of love,
del_gadis